Flag Counter

Selasa, 24 Juni 2014

Sastra Lisan Banjar ( Bacaan, isim ) dalam dunia magic orang banjar

PANTUN BACAAN

Bacaan di sini bukanlah sembaranga bacaan yang dapat dibaca atau digunakan pada sembarang orang, tempat dan sembarang waktu. Ia merupakan bacaan yang mengandung kekuatan yang dipercaya dapat merealisasikan kehendak dari yang mengucapkannya. Oleh karena itulah “bacaan” atau semacam “mantra” ini dianggap barang berharga dan tidak semua orang mengetahuinya dan tersimpan rapi.
Pemakaian bacaan di dalam masyarakat Banjar dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) golongan.
1.      Tabib atau dukun/pawang
Golongan tabib atau dukun/pawang ini menggunakan bacaan untuk menolong orang lain. Misalnya memberikan pengobatan terhadap berbagai penyakit dengan memberikan bacaan kepada penderita. Golongan ini juga dapat menundukan binatang-binatang buas, bahkan menolak para hantu-hantu jahat.
2.      Paaliran/Pawang Buaya
Dengan menggunakan bacaan tertentu yang khusus , mereka para paaliran dapat memanggil dan menangkap buhaya ( buaya ) yang telah menangkap manusia.
3.      Masyarakat Umumnya.
Penggunaan bacaan oleh masyarakat biasanya lebih banyak menyangkut persoalan pribadi. Orang-orang yang meyakini bacaan sebagai kekuatan yang mampu memberikan bantuan terhadap dirinya secara pribadi dapat menggunakannya.
Bacaan atau isim di sini dibedakan dari do’a. Do’a-do’a bersifat relegius, biasanya diambil dari ajaraan agama atau bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan hadist serta karya-karya para ulama. Disamping itu, maksud dan tujuannya pun berbeda-beda. Do’a dipergunakan pada upacara-upacara keagamaan, seperti acara manyalamat/selamatan. Jadi, do’a erat hubungannya dengan persoalan ‘ubudiah.
Sedangkan bacaan/isim  lebih bersifat keduniaan, bahkan isinya mengandung maksud kesaktian dan guna-guna. Cara menggunakan bacaan atau isim bermacam-macam, antara lain dengan baririang, yaitu memohon dengan yang maha kuasa agar maksudnya diperkenankan. Ada pula dengan cara membaca saja, kemudian meniupkannya kea rah tertentu, atau ditipkan ke dalam air, kemudian air tersebut diminum atau dimandikan. Adapula dengan cara bamamang, yaitu dimulai dengan mengucapkan bacaan yang mengandung pemujaan terhadap roh-roh tertentu.
Perlu diketahui bahwasanya orang Banjar tidak mengenal istilah “mantra”. Walaupun demikian, tidak berarti bentuk mantra tidak dijumpai dalam masyarakat Banjar. Karena orang Banjar menyebutnya bacaan dikenal juga dengan titiupan, penawar, pengasih dan sebutan lainnya yang sebenarnya memiliki pengertian yang sama dengan mantra dalam kesusastraan Indonesia.
Karena bacaan merupakan barang yang rahasia maka harus dirahasiakan, maka selalu dalam bentuk lisan.  Apabila bacaan itu diturunkan kepada orang lain, yang menerima harus menghafalkan tiap perkataan berikut dengan syarat-syaratnya.
Ditinjau dari tujuan penggunaannya, “bacaan” dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, antara lain:  1. Kataguhan ( Kekebalan )
2. Pirunduk ( guna-guna )
3. Panawar ( penawar ).
Contoh bacaan kataguhan:
Naga ulit naga humbang
Katiga naga partala
Taguh kulit taguh tulang
Katiga taguh sampai ka karungkung kapala
Barakat Lailaha illa Allah, Muhammadur Rasululllah.
Biasanya Isim kataguhan dibaca sebelum berkelahi, setelah dibaca ditiupkan ke tangan dan disapukan ke muha ( muka ).
Catatan: Bacaan kekebalan atau kataguhan  di atas hanya sebagai contoh dan bertujuan sebagai pengetahuan saja bukan untuk dipraktekan.
Bacaan Menolak Pulasit
Pulasit merupakan perbuatan manusia berupa roh halus dan jahat, dan pulasit biasanya menyerang kaum perempuan. Jika seseorang telah dimasuki oleh pulasit, maka orang itu akan menjadi kesurupan ( tidak ingat lagi akandirinya ). Seseorang yang dendam kepada orang lain dapat maupahakan ( member upah/menggunakan jasa orang lain ) yang dianggap memiliki kekuatan menggunaan atau memelihara pulasit. Tujuannya agar istri atau saudara lawan yang dimaksudkan dirasuki oleh mahluk yang disebut pulasit tersebut.
Contoh bacaan menolak pulasit:
Bismillahirrohmanirrohiim
Aku tahu asal ikam
Karak kuriping api neraka
Lari ikam ka sisi alam
Kalu kada lari
Ku sumpahi lah balunta
Barakat Lailaha illa Allah, Muhammadur rasulullah.

Sumber Referensi:
Mahdini. 2003. Sastra Lisan Orang Banjar. Cv.Daulat Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar