Flag Counter

Jumat, 24 Oktober 2014

Cerpen Sedih dan menyentuh tentang Putus Cinta yang menyakitkan (Sakitnya tuh di sini).

Mantan Itu Kayak Eek Pengen di Injak tapi Jijik



Cinta yang teramat besar berakhir kebencian yang aku gak tau apa itu sisa cinta yang mendalam atau kebencian karena logika ku yang tak pernah mengerti. Mencoba Move On dalam kurun waktu 1 tahun bukan waktu yang singkat, aku bisa melupakannya karena terlalu keras dia menghempas hati ini hingga hancur menjadi debu kebencian.


CINTA & BENCI, dua kata itu terkadang membuat aku bingung dan tak mengerti. Aku terkadang iri dengan perjalanan cinta teman-teman aku yang mulus bertahun tahun. Namun, ada juga sih yang gak mulus dan banyak juga yang Jones (Jomlo ngenes). Teman-teman dekat kampus aku sering curhat permasalahan cinta mereka, permasalahan keluarga dan lain-lain. Kalo permasalahan cinta aku terkadang agak pangling atau was-was juga sih ngasih saran maupun solusi. Yah…maklum kisah cinta aku tragis.

I’ve never been so turn up in all of my life

 I sould’ve seen this coming

I’ve never felt so hopeless

Than tonight

 I don’t wanna do this anymore, I’m moving on.


Aku tertegun mendengarkan alunan musik metal yang dinyanyikan Band kesayangan kakak kamar sebelah Asking Alexandria. Terlalu sering aku dengar dia mendengarkan lagu Move On itu sehingga sedikit banyak membuat aku hapal liriknya. Yah,..benar..terlalu sakit jika tidak move On dan terlalu lama hati ini tersobek-sobek oleh sosok pria yang pertama dan terakhir membuat ku bahagia, tertawa, sedih, menangis dan pria pertama dan terakhir juga yang membunuh perasaan cinta ku tepat di jantung hati ini. Sakit nya tuh di sini ! ( nunjuk ke hati )
Di kala sendiri aku terkadang ingat dengan hal-hal sederhana bersamanya namun sangat manis untuk di kenang.  Namanya Revi, rumahnya tidak jauh dari rumah ku dan bisa dikatakan kita bertetangga begitu. Aku mengenalnya sejak di bangku SD namun kami beda sekolah, aku melihatnya ketika acara MTQ di kampung aku. Hmmm…pertama melihatnya aku merasa dia hanya sosok anak lelaki biasa alias gak ada yang spesial. Dan waktu terus berlalu tahun demi tahun dan hingga SMA, ketika itu aku memilih melanjutkan SMA di ibukota Kabupaten. Aku ingat awal aku jadian kelas XI SMA, sebenarnya aku tidak jatuh cinta pada pandangan pertama. Kami hanya dijodoh-jodohkan oleh teman-teman ku yang juga temannya ( biasa anak SMA suka menjodoh-jodohkan) yang akhirnya dia nembak aku dan jadian deh. Sebenarnya yang ku tau dia sudah lama jatuh cinta dengan aku. ( Mampus deh kau terpesona kecantikanku***lol ).


Perjalanan cinta bagai air yang mengalir dari sela-sela bebatuan namun tetap pada satu tujuan menuju sungai dan berhenti pada pusaran, berputar dan sebagian meneruskan perjalanan membawa benalu-benalu, sampah-sampah sungai.

Kisah cinta ku seperti air mengalir itu, jika aku mengingat kenangan bahagia itu aku ingin kembali ke masa itu dan puncak kebahagiaan ku bersamanya ketika aku semester 4 ketika ulangtahun ku yang ke 19 tahun. Tak ku duga sama sekali dia yang kuliah di UNP Padang mau datang ke Pekanbaru bertepatan dengan ulang tahun ku. Kejutan yang tak terduga, kebahagiaan yang tak terbayangkan membuat aku lupa segalanya sehingga rasa cinta ku padanya semakin besar seakan tak bisa tergantikan. Aku ingat hadiah yag diberinya tak begitu istemewa dan mahal, namun ketika dia memakaikan gelang silver di lenganku hati ku seakan terbang ke langit dan ingin berteriak I so happy so much, I love U So much.

Waktu terus berjalan, kesibukan ku pada aktivitas kuliah, aktif organisasi internal kampus maupun eksternal kampus tak mempengaruhi perhatian ku padanya. Aku selalu mengirim SMS padanya, memskipun dia telat membalas namun aku tetap memakluminya. Kami biasanya SMS an ketika malam hari, yang kami bahas pun bukan sesuatu yang menarik, misalnya membahas isi buku yang dibacanya atau paling jauh membahas tentang hal-hal yang menyimpang dari agama. Revi semenjak kuliah dia sosok berbeda dari Revi yang aku kenal biasanya, Revi yang aku kenal kini adalah Revi yang taat agama dan tak heran dia melarang ku untuk ikut menari  dalam kegiatan kampus. Alasannya pasti berkaitan dengan agama. Setelah putus sebagai pelampiasan juga aku menjalankan apa yang dilarang Revi.

Putus cinta, diputusin secara tak wajar apakah aku rela menerima atau aku memaksa menerima atau aku harus bagaimana. Ending cinta ku adalah diputuskan olehnya. Aku sampai saat ini masih belum bisa menerimanya. You know why? Bayangin aja ketika kau terlalu cinta pada seseorang, kau sudah banyak bahagia dengan nya, dan jauh lebih banyak mengorbankan hati dan perasaan maupun air mata dan tiba-tiba kau diputusin secara tragis dan mengenaskan lewat sebuah via SMS, alasannya Cuma satu “ Agama melarang pacaran” gimana perasaan kau?. Yah,…aku tau emank dalam agama kita tidak ada yang namanya “pacaran” yang ada ta’arufan. Aku mau anggap saja status kita itu ta’arufan namun pendapat dia lain pula perihal ta’arufan itu. Sehingga ketika berdebat dengan kakak kamar sebelah Revi mengeluarkan berbagai hadist dan dalil lain untuk membenarkan pendapatnya.

Ini bukan masalah siapa yang lebih sayang.
Di dalam Islam g’ ada namanya “pacaran” jika Vi melanjutkan hubungan ini maka sayang Vi menuruti nafsu  bejat Vi.
Vi g’ mau itu terjadi karena Vi menyayangi Emi. ..
Kalo jodoh akan bersatu lagi.
Meskipun kita putus tapi tali silaturrahmi g’ kan putus.

Itulah potongan Kutifan kalimat SMS yang ku terma dari Revi panjang lebar yang masih ku ingat.

Bukan masalah siapa yang lebih sayang, nafsu bejat, akan membimbing, walaupun putus tapi hubungan silaturahmi tak kan putus. Oh my God hello. Seolah-olah pacaran dengan ku selama ini adalah dosa besar. Wowww..padahal berpegang tangan saja kami gak akan. AKu juga dibesarkan dilingkungan keluarga yang kental agama. Kami pacaran sangat wajar dan tidak pernah keluar jalur seperti orang-orang kebanyakan. Making in love, kiss, touch etc. Tapi dia katakan berbuat dosa. Terkenang kalimat itu membuat air mata kembali terpaksa menetes disudut mata ku. Kadang aku berpikir putus dengannya mungkin juga jalan terbaik yang diberikan Tuhan. Terlalu sering aku dicuekin, didiamin, dikacangin olehnya namun aku tetap sabar dan paling jauh aku hanya menangis. Aww…gilak gak  tuh? Astagfirullah hal adziim. Aku baru nyadar sekarang. Sumpah aku baru nyadar bego atau apa namanya aku dulu. Diperbudak oleh perasaan cinta ku yang dia entah cinta atau gak sama aku. Kali ini aku mulai meragukannya. Dan juga Revi telah mengingkari janjinya membimbing di jalan agama, hubungan silaturahmi yang tak putus. Buktinya tak satu pun dia tepati. Kami telah tak pernah kontak sama sekali.

“Bodoh kau, mau pula kau digitukan dia?cinta betul agaknya kau dengan dia sampe kau menderita gitu.”Ocehan teman-teman ku tak lebih dari semprotan pedas itu tak mempan sepertinya menembus hati ku. Karena aku terlalu bodoh dan naïf untuk bilang aku sudah melupakannya. Terlalu keras dia menghempas, mencambuk hati ku namun aku tetap tak bisa melupakannya.

“Gila ya, dia unfriend kakak di Fb.”Oceh kakak kamar sebelah ketika mengetahui pertemanan di Fb nya dengan Revi sudah tidak ada. Sadis, parah dan tragis tepat nya ungkapan untuk nasib cintaku. Bagaimana aku tak mengatakan itu, gara-gara mantan itu aku belum bisa membuka hati ku untuk pria lain hingga sekarang. Kursi di hati ku yang kosong seakan belum siap diisi oleh pria lain, umpatan, omelan dan semprotan pedas teman-teman ku juga sering ku terima.

“Apa lagi yang kau pilih?mau mengharap mantan kau yang mencampakan kau itu?Bodoh kau.”Semprot pedas kembali ku dapatkan.

Mantan itu kayak eek ( Tai ) yang pengen aku lindas pake  truk sampah namun aku jijik. Kebencian, kekesalan, rasa tersakiti, tak pernah bisa menerima dan sisa cinta yang menyisakan sulit membuka hati untuk pria lain membuat aku terkadang mengumpat dan seakan menyesal telah mengenal dan menjalin hubungan dengannya. Jika alasan dia memutuskan hubungan aku bisa merimanya mungkin aku memaafkannya tapi hingga kini aku masih tak mengerti. Orang beda agama saja bisa mempertahankan hubungan, kami satu agama namun begitu gamblangnya dia memutuskan hubungan dan membuat jarak seakan kami tak pernah mengenal. Dia benar-benar ingin memhapusku dari hidupnya, buktinya kami tak pernah komunikasi semenjak putus. Dia sendiri yang meminta untuk tidak pernah berhubungan setelah putus.

All you did was wreck my heart. Yah…kau kau telah menghancurkan hati ku, menancapkan bendera perang di ubun-ubun ku hingga perasan cinta berganti menjadi kebencian membuncah di hati ku. Perang perasaan antara benci, cinta dan rindu. Aku mungkin terlalu bodoh mengatakan aku sangat mencintainya waktu itu dan berharap dia jadi cinta pertama dan terakhir ku yang kenyataannya cinta pertama yang merobek hati ku.  Bagi sebagian orang apalah artinya cinta masa SMA dan berlanjut hingga kuliah dan akhirnya putus secara alami. Bagi ku cintaku tidak seperti orang sebagian. Yah..kembali aku merasa diriku terlalu naïf jika aku telah berharap banyak.

Sosok yang memiliki tubuh tinggi dan berhidung mancung, sholeh, pendiam, cuek serta baik hati yang telah menghipnotis ku untuk jatuh dan menyerah pada cintanya. Aku telah berani menanamkan perasaan cinta yang dalam di hati ini, nama nya mungkin telah diporselen di relung hati ini sehingga sangat sulit menhancurkannya. Sosok pengganti silih berganti mencoba mengetuk hati ini namun belum seorangpun mampu menduduki tahta kosong yang pernah ditempati sosok seseorang dimasa lalu. Yah…hati ini kadang tak bisa berbohong, logika ku selalu berkata bahwa aku telah Move on dari nya dan telah membencinya namun hati ku ini yang terlalu bodoh sehingga menentang logika ku. Aku bukan tak mampu mencari penggantinya, jika aku mau 100 kali lebih baik darinya aku pun bisa. Aku toh tak terlalu jelek, aku popular namun kalo bicara hati mungkin akan berbeda.

Karambia buruak, mati karancak an. Muko baruak, mati ang sana. Aku sering mengumpat yang ditujukan untuk mantan ku itu agar kekesalan ku padanya setidaknya terbayarkan. Tapi semakin aku mengumpat semakin sering aku menyebut namanya dan semakin aku mengenangnya. Aku sekarang semester 7 dan target wisuda pada bulan Februari mendatang. Aku hanya selalu berdoa semoga aku dapat melupakannya dan menemukan yang tepat buat ku meskipun hati naïf ku bicara dia udah pas buat aku. Saat ini hati ini masih beku dan pintu hati ini masih belum bisa menerima ketukan pria meskipun nyokap berusaha menjodohkan dengan seseorang yang sebenarnya jauh lebih baik. Lebih mapan dan lebih..lebih dari mantan eek itu. Akhirnya aku hanya bisa mendoakan mantan eek ku itu bisa menemukan wanita penggantiku.

Note: ***Kisah nyata yang terjadi pada teman serumah ku mahasiswi fakultas Fisip UR***
foto : search google..


Sabtu, 18 Oktober 2014

Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru


Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru
Menurut Slameto (2002) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Menurut Jalaluddin Rakhmat (2005) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Khairani Makmun (2013) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Dengan kata lain, persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama.

Menurut Khairani Makmun (2013) faktor-gaktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:
1.      Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, misalnya faktor fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman dan ingatan, dan suasana hati.
2.      Faktor eksternal yaitu karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terdapat di dalamnya.
Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi misalnya, ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus, warna dari obyek-obyek, keunikan dan kekontrasan stimulus, intensitas dan kekuatan dari stimulus, dan motion atau gerakan.
Menurut Manahan Tampubolon (2008) persepsi sebagai gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang terjadi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Individu
Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude), motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut.
2.       Faktor Situasi
Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat, bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi.
3.      Faktor Target
Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar - benar baru (novelty), adanya gambaran hidup yang mempengaruhi dalam membentuk persepsi (motion), suara - suara yang timbul pada saat membentuk persepsi (sounds), ukuran dari bentuk persepsi (size), yang melatar belakangi pembentuk persepsi tersebut (background), dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta kesamaan (similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.

Sedangkan menurut Bimo Walgito (2004) guna memahami persepsi lebih dalam, perlu diketahui faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dan merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu:
1.      Objek atau stimulus yang dipersepsi
Obyek dari luar diri seseorang baik berupa benda, kejadian, atau pun sikap dari orang lain biasanya merupakan sumber stimulus bagi seseorang
2.       Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Melalui alat indera yang dimiliki seseorang, stimuli yang ada diterima oleh seseorang. Dengan syaraf sebagai pusat kesadaran, seseorang akan menginterpretasikan stimuli yang diterima.
3.      Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.

1.      Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi
Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang  guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang  efektif.
a.       Persepsi itu relatif bukannya absolut
Manusia bukanlah instrument ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya, tetapi ia dapat secara relatif menerka keadaan. Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
b.      Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.
Dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa. Seorang guru juga harus menjaga agar dalam satu kali penyajian atau pelajaran, ia tidak terlalu banyak menyampaikan hal-hal baru sehingga melebihi batas kemampuan persepsi siswa.
c.       Persepsi itu mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan, melainkan tertata. Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik sehingga tidak muncul salah interpretasi atau salah pengertian.
d.      Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan.
Dalam pengajaran, jika pada hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk memulai dengan doa sebelum pelajaran mulai.
e.       Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan metode berbeda (Slameto, 2002).

Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kewarganegaraan



Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kewarganegaraan
1.      Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warganegara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Tukiran Taniredja, Dkk (2009).
Zamroni (dalam Azyumardi Azra, 2005) berpendapat bahwa Pendidikan Kewargaegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Selain itu, Pendidikan Kewargangaraan adalah suatu proses dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan telah berkembang menjadi kajian keimuwan (iscientific area of study) yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuwan, memiliki ontologi dsar ilmu politik khususnya konsep political democracy untuk aspek duties and rights of citizen (chreshore:1886). Dari dasar ontologis  inilah berkembang konsep civics, yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus yang artinya warganegara pada zaman kuno. Kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya civic educatin dan di indonesia diadaptasi menjadi “ pendidikan kewarganegaraan “(pkn). Saat ini tradsisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu body of knowledge  yang memiliki paradigma sistematik dengan tiga dominan citizenship education yakni: domain akademis, domain kurikuler dan domain kultural (winataputra dalam Tukiran Taniredja, 2009).
Ketiga domain itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang diikat oleh konsepsi civic virtue and culture yang mencakup civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic commitment dan civic competence (CEE:1998). Oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan saat ini sudah lebih lluas dari embrionya, kajian pendidikan kewarganegaraan, program kurikuler pendidkan kewarganegaraan dan aktivitas sosial kultural pendidikankewarganegaraan yang tercakup didalamnya memberi ciri multidemensionalitas. Sifat multidemensionalitas inilah yang membuat bidang studi pendidikan kewarganegaraan dapat disikapi menjadi: pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia dan pendidikan demokrasi. Hal itu tergantung  dari aspek ontologi mana kita berangkat, dengan metode kerja efistemologi mana pengetahuan itu dibangun, dan unutk atau tujuan aksiologis mana kegiatan itu akan membawa implikasi.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu wahana pendidikan demokrasi yang mengandung tiga dimensi konseptual interaktif, yakni “kajian ilmiah kewarganegaraan,program kurikuler kewarganegaraan , dan aktivitas sosiokultural kewarganegaraan Winataputra (dalam Tukiran Taniredja, 2009). Oleh karena itu pendidiikan kewarganegaraan seyogyanya dikembangkan sebagai pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia yang religius dan mencerdaskan (sesuai amanat UUD 1945 dan UU no 20 tahun 2003) dan bersifat multidimensional dan ditangani secara profesional karena diyakini bahwa democracy cannot teach itself and it is not inherrited-it is learned as a life-long learning process.
Pkn sebagai suatu tubuh atau sistem pengetahuan memiliki:
1)      Ontoligi civic behavior dan civic culture yang bersifat multidimensional  (filosofis, ilmiah, kurikuler dan sosial kultural)
2)      Epistemologi research, develovment, and diffusion dalam bentuk kajian ilmiah dan pengembangan program kurikuler dan sosial dalam rangka penerapan hasil kajian ilmiah dan pengembangan kurikulr dan instruksional dalam praksis pendidikan demokrasi untuk warganegara disekolah dan masyarakat.
3)      Aksiologi untuk memfasilitasi pengembangan biody of knowledge sistem pengetahuan atau disiplin pendidikan kewarganegaraan;melandasi dan mefasilitasi pengembangandan pelaksanaan pendidikan demokrasi di sekolah dan diluar sekolah, dan membingkai serta memfasilitasi berkembangnya koridor proses demokratisasi secara sosial kultura dalam masyarakat.
Secara paradigmatik sistem pendidikan kewarganegaraan yang memiliki tiga komponen, yakni (1) kajian ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan; (2) program kurikuler pkn  (3) gerakan sosial-kultural kewarganegaraan, secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada upaya pengembangan pengetahuan kewarganegaraan, nilai dan sikap kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan.
            Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun dalam pergaulan antar bangsa. Bangsa yang santun merupakan salah satu ciri identitas bangsa Indonesia. Kesantunan berupa menjadi manusia yang religius, adil dan beradab, bersatu, demokratis, untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa. Paradigma ini tidak tumbuhdengan sendirinya padasetiap pribadi bagsa, namun harus diajarkan kepada generasi muda penerus bangsa. Salah satu bentuknya yaitu dengan membangun karakter bangsa (national character building) agar tegak dan tegar menghadapi pergolakan dunia, lebih-lebih pada era globalisasi.
a)   Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 37 (1) tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran yaitu (a) pendidikan agama (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan olahraga, (i) keterampilan/kejuruan dan (j) muatan lokal. Kemudian dalam ayat (3) dinyatakan untuk kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan dan (c) bahasa. Lebih khusus lagi dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) menyatakan pendidikan kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya dalam Rencana Program Pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Depdiknas (2006) jelas dijabarkan tentang visi dan misi serta tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Dimana visi Pendidikan Kewarganegaraan terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan UUD 1945.
b)      Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Adapun Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan agar siswa:
(1)   Memiliki kemampuan berpikir secara rasional, kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan
(2)   Memiliki kemampuan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab
(3)   Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan yang bermasyarakat dan bernegara.