Flag Counter

Sabtu, 21 Juni 2014

Nilai-nilai Pancasila di Dalam Kesenian Randai



KESENIAN TRADISIONAL RANDAI
 
Sejarah kesadaran idiologis masyrakat sebenarnya dapat ditelusuri sejak zaman pergerakan nasional. Namun sejarah kesadaran idiologi masyarakat terhadap Pancasila dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan bermula secara formal sejak 18 Agustus 1945. (Poespoardojo, 1991:46).
Nilai-nilai Pancasila sudah dimiliki bangsa Indonesia sejak adanya bangsa Indonesia. Sejak zaman kerajaan kuno, nilai-nilai Pancasila sudah berkembang. Mereka sudah mengembangkan nilai-nilai relegius dengan mendirikan tempat-tempat pemujaan yang dianggap suci. Mereka juga saling mencintai sesama manusia dan rasa persatuan juga sudah dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan bersama, menghadapi bencana alam/gangguan binatang buas dan sebagainya. Musyawarah yang pada waktu itu disebut rembug desa sudah membudaya dan berkembang lama. Mereka juga mengembangkan sikap gotong royong dan kerjasama yang baik. Samgat mustahil bangunan-bangunan sebesar seperti candi Borobudur dapat terwujud tanpa adanya kerjasama dan gotong royong. Soegito, dkk. (1995:38) menjelaskan bahwa letak Indonesia yang strategis merupakan faktor yang ikut menentukan terbentuknya ciri kebudayaan Indonesia.
Terkait dengan landasan cultural pancasila Oesman, dan Alfian (1991:6-7) mengemukakan bahwa nilai-nilai yang terangkai atau menjadi satu system itu, sebagaimana halnya dengan nilai-nilai dasar Pancasila, biasanya bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah suatu bangsa yang menciptakan idiologi itu. dengan kata lain, nilai-nilai dasar itu berakar dan hidup dalam realitas kehidupan mereka terutama pada waktu mereka berkonsensus untuk menjadikannya menjadi idiologi bersama.
Alfian (1991:192) mengemukakan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila bersumber atau digali dari budaya dan pengalaman bangsa kita, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain, baik yang manis maupun yang pahit.
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang dikenal multicultural, baik dalam segi keaneka ragaman suku bangsa, etnis, maupun  bahasa yang menjadikan negara Indonesia sebagai Negara yang kaya akan produk budaya pada setiap daerah.
Randai berasal dari Minang Kabau yang telah dimodifikasi dengan keseharian masyarakat Kuantan tetapi sebagian orang beranggapan bahwa Randai merupakan budaya asli Kuantan, memiliki karakter tersendiri baik cerita, dialek, maupun tata cara permainan randai. Memanh jauh berbeda dengan randai yang ada di Minang Kabau terutama pada dialek dan tarian-tarian yang tak pernah ada pada randai minang kabau.
Arti kata Randai sesungguhnya menurut para tokoh adat masyarakat kabupaten Kuantan Singingi bahwa Randai itu berasal dari kata “Berandai-Andai” artinya diumpamakan atau dimisalkan ini berdasarkan kata andaikan, andai kata dan seandainya.
Dampak Positif dari Kesenian Randai diantaranya :Memberikan hiburan pada masyarakat, Memupuk rasa solidaritas dan memperkuat silahturahmi masyarakat, Sebagai sarana pendidikan dan pengajaran pada masyarakat, Menyampaikan kritik dan saran dalam kehidupan masyarakat, serta dapat Mempertahankan dan mengembangkan kesenian daerah.
Tetapi dibalik dampak positif Kesenian Randai, ada juga dampak negatif dari pertunjukkan Randai yang dilakukan oleh para penonton pertunjukkan Randai tersebut diantaranya: Berpacaran, Perkelahian, dan Minum-minuman keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar