Flag Counter

Selasa, 18 Juni 2013

Nyeri Haid (Dismenori)

Dismenore (Nyeri Haid) 

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan wanita setiap bulannya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut Prawiroharjo (1999) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai dengan pelepasan (deskuamasi)endometrium. Walaupaun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007). Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala- gejala pada salah satu waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (Sarwono, 2007). Ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.
                 Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan (Sarwono, 2007). Dismenoremerupakan keluhan yang paling sering di temukan oleh ahli ginekologi, pemeriksaannya harus di laksanakan secara sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asaldismenore. Diagnostik tidak boleh berhenti pada jenis kelainan adanya penyakit atau kelainan yang menjadi dasar penyebabnya harus di cari, di diagnosis kemudian di terapi dengan sesuai (www.kompas.co.id).
                 Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram bervariasi, pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman dan letih, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas sehari- hari.             
            Namun waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jeladss yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
            Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10% nya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat tidur (Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahun- tahun reproduktif.
                 Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari.
                 Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%.
Dismenore banyak di alami oleh para wanita. Di Amerika Serikat di perkirakan hampir 90 % wanita mengalami dismenore, dan 10-15 % di antaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Penelitian di Swedia menjumpai 30 % wanita menurun jumlah penghasilannya dikarenakan nyeri saat haid (Jurnal Occupation And Invironment Medicine, 2008).
     Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % Dismenore primer dan 9,36 % Dismenore sekunder (Info Sehat,2008). Tidak ada angka yang pasti mengenai penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai 1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan (Harunriyanto, 2002).
Angka kejadian dismenorepada remaja diperkirakan 1,12 % sampai 1,35 % dari jumlah penderita yang memeriksakan diri ke petugas kesehatan (Profil kesehatan lampung 2007).
Di Metro, untuk angka kejadian Dismenore belum terdata dengan sistematis. Akan tetapi, untuk pelayanan terhadap kesehatan remaja cenderung berfluktuatif atau naik turun, pada tahun 2007 sebesar 13,05% dan cakupan ini masih jauh dari target yang ditetapkan. Jika dilihat distribusinya maka hanya empat kabupaten yang memiliki data yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Way Kanan. Berbagai upaya perlu dilakukan agar pencatatan dan pelaporan diperbaiki sehingga data pelayanan kesehatan remaja dapat tercover (ProfilKesehatan Propinsi Lampung Tahun 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada 30 santri Al- Muhsin, sebanyak 50% (15 santri) mengalami dismenore dan hanya 33% (5 santri) yang mengerti tentang nyeri haid dengan pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut menggunakan air hangat. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro Utara Tahun 2011”.

Dismenore
 Pengertian
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imew, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran (2005) dismenore berarti nyeri sewaktu haid. Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari- hari wanita dan mendorong penderita untuk melekukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau ke bidan (Manuaba, 1998).
Dismenore berarti karam, nyeri, ketidaknyamanan lainnya yang di hubungkan dengan menstruasi (Saturned, 2008). Sedangkan menurut Prawiroharjo (1999) dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabakan wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
    Patofisiologi
                                                  a.          Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus
Penyelidikan yang menggunakan catatan tekanan intra uterus telah memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang lebih sering atau kontraksi- kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau peningkatan tonus uterus yang mendasarinya, atau sejumlah kombinasi dari ketiga pengamatan ini pada hampir semua wanita yang mengeluh dismenore primer.
                              b.                Kelainan anatomi
Faktor- faktor anatomi dapat juga menyokong dismenore. Stenosi servik pernah di pikirkan sebagai penyebab umum dismenore (Ginekologi Greenhill:110).
                               c.                Ketidakseimbangan hormon
Mekanisme terjadinya dismenore yaitu korpus luteum berumurhanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang.
Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P) = 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari :
1) Enzim lipogenase dan siklosigenase.
2) Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya :
a) Asam fosfolipase.
b) Asam fosfatase.
c) Mengeluarkan ion Ca.
3) Pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik (Manuaba:2001)

2.1.3     Macam- Macam Dismenore
Berdasarkan penyebabnya, dismenore di kelompokkan menjadi dua yaitu dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang di peroleh, aquired) di sebabkan oleh kelainan (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis serivisis uteri, dan lain- lain) (Prawiroharjo,1999).

   
Dismenore Primer
Pengertian
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di jumpai kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya.


  •   Faktor- faktor Penyebab
Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain :
                                                  a.       Faktor kejiwaan
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
                                                 b.       Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
                                                  c.       Faktor obstruksi kanalis servikalis
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, tetapi ini tidak di anggap sebagai faktor penting penyebab dismenore.
                                                 d.      Faktor endokrin
Pada umumnya da anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer di sebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihanan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Novak dan Reynoldss yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerengkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulator.
                                                  e.       Faktor alergi
Teori ini di kemukakan setelah memperhatiakn adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun- tahun terakhir menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer (Praw

Dismenore Sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada  keluhan yang menetap seperti infeksi rahim, kista, atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan sekitarnya (www.compas.co.id). Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001).
Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
Dismenore sekunder dapat di sebabkan oleh :
1.         Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah di keluarkan.
2.         Benjolan besar atau kecil didalam rahim.
3.         Peradangan selaput lendir rahim.
4.         Pemakaian spiral
5.         Endometriosis
6.         Fibroid atau tumor
7.         Infeksi pelvis
(www.compas.co.id).

2.1.3.   Gejala Klinis
Gejala- gejala klinis biasanya di mulai sehari sebelum haid, berlangsung selama hari pertama dan hari ke dua haid dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya menngikuti arah rahim dan dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri dapat di sertai rasa mual, muntah, sakit kepala dan mudah tersinggung atau depresi (www.compas.co.id).
Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas.
Sedangkan tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).


  • Dampak Dismenore
Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).

Pengetahuan
    2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial-budaya.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1 1.   Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2 2.  Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
   3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4 4.    Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5 5.  Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.


6 6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:25) beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subjek antara lain:
a.    Usia
Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berfikir dan mudah menerima informasi.
b.    Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang akan diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
c.    Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan keputusan masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan disbanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.


d.   Sosial-ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya tetapi bagi masyarakat yang social ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil sikap dan tindakan.
e.    Sosial-budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai social keagamaan untuk memperkuat super egonya.

Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :
(1) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

(2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.
(4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Cara Mengukur Pengetahun dan Hasil Pengukuran
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau responden. Pendalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Menurut Sugiyono (2007) hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan hasil rata- rata keseluruhan dan di implementasikan ke dalam2 kategori, yaitu :
1.    Kategori pengetahuan baik, jika skor jawaban > mean.
2.    Kategori pengetahuan kurang baik, jika skor jawaban <mean.

   Penanganan
    Pengertian
Penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani (www.artikata.com).

   Penanganan Dismenore
1.         Penerangan dan nasehat
Perlu di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan. Nasihat- nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang berguna. Kadang- kadang di perlukan psikoterapi.
2.         Penberian Obat Analgetik
Pemberian obat analgetik yang di berikan sebagai terapi simptomatik. Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non – steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai 1 – 2 hari menstruasi.
3.         Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4.         Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin
Memegang peranan penting yang makin penting terhadap dismenore primer. Obat yang menurunkan jumlah prostaglandin akan membantu mengurangi rasa nyeri. Hendaknya pengobatan diberikan sbelum haid dimulai (1 sampai 3 hari sebelum haid) dan pada hari pertama haid (Prawiroharjo, 1999).
5.         Senam rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin.
6.         Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri dengan menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol (www. Medicastore.co.id).
7.         Pemijatan didaerah punggung dan paha
8.         Orgasme pada aktivitas seksual

 Remaja
Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Hurlock, 2000)
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. (Hurlock, 2000).



Batasan Usia Remaja
Awal masa remaja berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. (Hurlock, 2000)
Pada masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Menurut banyak ahli jiwa, batas waktu adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 117-21 tahun. (Kartono, Kartini, 1992 : 65)
Sedangkan menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja.
(http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertian-remaja.html)

2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja
1.        Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
2.        Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
3.        Perkembangan kepribadian dan social
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001)


Sumber:

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, informasinya sangat membantu..

    http://obatasliindonesia.com/obat-herbal-nyeri-haid-terbaik/

    BalasHapus