Flag Counter

Minggu, 12 Mei 2013

Studi Kasus Sosialisasi Politik ( Sosialisasi pasangan Aher-Demiz dalam Pilgub Jawa Barat)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat  Allah  SWT,  berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami  dapat menyusun sebuah studi kasus yang berjudul “Sosialisasi Politik Pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar” tepat pada waktunya..
Dalam studi kasus  yang  kami  susun ini membahas tentang bagaimana sosialisasi politik yang dilakukan pasangan Cawagub Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar dalam menarik simpati masyarakat sehingga berhasil memenangkan PILKADA Jawa Barat. Selain itu kami juga membahas tentang bagaimana kepopularitasan Deddy Mizwar juga berperan dalam kemenangan pasangan politik tersebut. Adapun yang  kami  jadikan sumber informasi dalam studi kasus ini adalah Koran dan internet.
Dan tidak lupa ucapan terima kasih  kami  sampaikan kepada segala pihak  yang    telah membantu  kami  menyumbangkan pemikirannya sehingga Studi Kasus  ini dapat diselesaikan.
“Tidak  ada  gading  yang  tak  retak”. Begitu pula dengan  kami,  sehingga  besar  harapan  kami  kritik dan  saran  dari  para  pembaca  yang bersifat  membangun   demi  kesempurnaan laporan  yang  kami  susun  ini.  Semoga  laporan  ini  dapat  bermanfaat  bagi  para  pembaca.  Amiin ya  robbal  alamiin.
                                                                              

Pekanbaru, April  2013
                                                                                    Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci untuk mencapai tujuan yag di inginkan.  Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana pula orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik tersebut. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik.
Pada masa sekarang ini, panggung politik Indonesia tidak pernah sepi dari hingar-bingar dinamika yang menyertainya. Politik selebriti kerap kali menjadi menu hangat yang tidak ada habis-habisnya dalam pemberitaan media massa. Baik cetak maupun elektronik.
Kehadiran artis dalam dunia politik banyak mengundang kontroversi. Itulah manifestasi pelaksanaan demokrasi. Dalam alam demokrasi siapa pun mempunyai hak untuk berekspresi. Tak terkecuali artis dalam politik. Tak seorang pun yang bisa melarang apalagi menjegal selebriti untuk terjun dalam politik. Bagi yang menjegal bisa jadi mereka akan dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi (baca: melanggar HAM) yang mengagungkan kebebasan. Meskipun kebebasan tersebut tentu mempunyai batasan.
Harus diakui popularitas tengah menyihir idealisme menjadi pragmatisme bagi politisi kita. Popularitas bak opium yang memabukan. Ironisnya banyak elit politik juga larut dalam jurus mabuk popularitas tersebut. Dengan popularitas yang dimiliki artis memang memiliki daya tarik tersendiri. Sebab, mereka akan lebih mudah dikenal kalangan luas.
            Peran mereka dalam berbagai media ketika bernyanyi, berakting baik dalam sinetron maupun layar lebar ditambah lagi dengan blow up besar-besaran melalui infotainment adalah metode efektif bagaimana artis akan lebih mudah dikenal publik. Fakta ini menemukan relevansinya ketika belakangan politik pencitraan semakin digandrungi banyak orang terutama dalam jagad politik praktis. Dalam hal ini misalnya  Deddy Mizwar, seorang sutradara, produser, dan aktor  kawakan yang telah lama berkecimpung dalam dunia entertainment. Karena jika kita telusuri lebih lanjut Deddy Mizwar memang belum memiliki kiprah politik seperti dua artis sebelumnya. Namun bukan berarti dengan latar belakang artis lalu dianggap sebelah mata dan tidak sanggup menjalankan tugasnya.
Berhasilnya pasangan Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar memenangkan Pemilihan gubernur dan wakil gubernur ini tidak lepas dari bagaimana sosialisasi politik yang dilakukan mereka sehingga mendapat legitimasi dari masyarakat Jawa Barat.
Berdasarkan  latar belakang di atas timbul pertanyaan, seperti apa sosok Deddy Mizwar sehingga mendapat legitimasi masyarakat Jawa Barat mendampingi Ahmad Heryawan?Lalu strategi politik apa yang dilakukan pasangan Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar dalam menarik simpati masyarakat?

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
  1. 1.      Bagaimana sosok pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar ?
  2. 2.      Partai politik apa saja yang mendukung pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar ?
  3. 3.      Bagaimana stategi sosialisasi politik pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar dalam menarik simpati rakyat Jawa Barat?
  4. 4.      Apakah popularitas Deddy Mizwar mempengaruhi Kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar ?
1. 3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujua penulisan ini adalah, antara lain : 
  1.       Untuk mengetahui bagaimana sosok pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar
  2.   Untuk mengetahui Partai Politik apa saja yang mendukung pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar 
  3.      Untuk mengetahui bagaimana stategi sosialisasi politik pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar dalam menarik simpati rakyat Jawa Barat
  4.      Untuk mengetahui apakah popularitas Deddy Mizwar mempengaruhi Kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sosialisasi Politik
            Di dalam kepustakaan-kepustakaan politik seringkali ditemukan istilah sosialisasi politik. Berbagai pengertian atau batasan mengenai sosialisasi politik telah dikemukakan oleh para sarjana terkemuka. Pada hakikatnya pengertian atau batasan sosialisasi politik yang dikemukan seorang seorang sarjana tidak akan jauh berbeda dengan pengertian atau batasan yang dikemukakan sarjana lainnya.        Menurut Michael dan Philip Althoff, menjelaskan sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik juga sebagai sarana suatu generasi untuk mewariskan keyakinan-keyakinan politiknya kepada generasi sesudahnya. Sosialisasi politik ini merupakan proses yang berlangsung lama dan pengelaman-pengalaman politiknya yang relevan dan memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya.
            Menurut Michael.Rush (2002) sosialisasi politik merupakan proses yang melalui orang dalam masyarakat tertentu belajar mengambil sistem politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dalam reaksi mereka terhadap fenomena politik.
            David Easton dan Jack Dennis (1969) mendefenisikan bahwa sosialisasi politik merupakan proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
Dengan demikian, pengertian sosialisasi politik sedikit banyak tidak bisa lepas dari pengertian-pengertian sosialisasi di atas. Misalnya, dikatakan bahwa sosialisasi politik, seperti telah dijelaskan sebelumnya, adalah proses pengenalan sistem politik pada seseorang, kelompok, atau masyarakat, serta respons yang mereka berikan terhadap gejala-gejala politik yang ada dan mereka hadapi. Lebih sederhana lagi, sosialisasi politik dapat diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi anggota masyarakat yang dihasilakn dari sosialisasi politik ini pada gilirannya memberikan pengaruh kuat terhadap tingkat partisipasi politik, rekrutmen politik, dan komunikasi politik seseorang atau kelompok masyarakat dalam segala aktivitas kehidupannya.
Di dalam sosialisasi politik dikenal beberapa sarana atau agen-agen politik, seperti keluarga, sekolah, kelompok bergaul atau bermain, pekerjaan dan media massa serta kontak-kontak politik langsung. Meskipun pandangan terhadap politik yang telah ditanamkan oleh keluarga-keluarga atau sekolah begitu positif, tetapi apabila kenyataan dalam masyarakat belum sepenuhnya terealisasi atau tidak mempengaruhi. Kontak-kontak langsung dengan pemerintah, lembaga politik dan kehidupan politik sangat mempengaruhi sikap dan perilaku politik individu dan kelompok-kelompok untuk tetap setia atau tidak, bersedia mendukung atau tidak terhadap sistem politik, pemerintah atau patai politik yang semula didukungnya.
Dalam hal ini seperti sosialisasi politik yang dilakukan pasangan Cagub dan Cawagub Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar dalam mencari dukungan dari masyarakat Jawa Barat.
2.2 Profil singkat Pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar
Berikut profil singkat dari pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar:
2.2.1 Ahmad Heryawan
H. Ahmad Heryawan, Lc. lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 19 Juni 1966 adalah seorang politikus Indonesia. Ia adalah Gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013 bersama wakilnya Dede Yusuf. Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013, Ahmad Heryawan kembali dipercaya rakyat Jawa Barat untuk memimpin selama lima tahun kedepan. Kali ini Heryawan didampingi aktor senior Deddy Mizwar sebagai wakilnya.
            Heryawan mulai meniti karier sebagai pengajar dan mubaligh. Ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain Ma’had Al Hikmah, Dirosah Islamiyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, dan Pusat Studi Islam Al Manar. Selain itu ia juga aktif di Persatuan Umat Islam sejak tahun 1991 dan dipercaya untuk menjabat ketua umum dari tahun 2004 sampai saat ini.
Karier Aher di dunia politik berawal dengan bergabungnya ia bersama Partai Keadilan (sekarang Partai Keadilan Sejahtera). Heryawan kemudian terpilih menjadi salah satu anggota legislatif Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1999. Usai Pemilu 2004, Aher kemudian menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta periode 2004-2009. Sebagai seorang pemimpin daerah, misi yang ia bawa adalah menciptakan masyarakat yang memiliki dasar pengetahuan (knowledge) untuk melahirkan dunia dengan wajah baru. Selain itu, Ahmad Heryawan juga memberikan prioritas pada pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat, perbaikan ekonomi masyarakat, dan pembenahan infrastruktur di seluruh wilayah Jawa Barat.
Gubernur Ahmad Heryawan pada tahun 2011 dinobatkan sebagai tokoh perubahan 2011 oleh sebuah media cetak nasional. Pada tahun 2012, Ahmad Heryawan mencalonkan kembali sebagai Gubernur Jabar dengan didampingi Deddy Mizwar. Pasangan Cagub dan Cawagub Aher-Deddy ini bersaing dengan calon Gubernur lainnya.
Sejak kepemimpinannya tahun 2008, Ahmad Heryawan meraih banyak penghargaan. Total 92 penghargaan diraih Ahmad Heryawan untuk daerah Jawa Barat dan meningkatkan popularitas Ahmad Heryawan sebagai figur Gubernur berprestasi. Hal ini menjadi modal kuatnya untuk maju kembali ke Pilkada Jawa Barat.
Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013, Ahmad Heryawan sempat dilanda isu kurangnya dukungan dari salah satu partai, yaitu Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ), namun akhirnya pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar (Aher-Demiz) dapat melangkah menuju pertarungan Pemilihan Gubernur Jawa Barat yang dilaksanakan pada hari Minggu, 24 Februari 2013. Akhirnya pada tanggal 3 Maret 2013 Pasangan Cagub - Cawagub nomor 4 Aher-Demiz ditetapkan menjadi pemenangan Pilgub Jabar dan akan memimpin Jabar selama periode 2013 - 2018, pasangan ini meraih 6.515.313 suara atau sekitar 32 persen dari suara sah dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
2.2.2 Deddy Mizwar
Deddy Mizwar adalah seorang aktor senior dan sutradara Indonesia. Ia adalah Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional periode 2006-2009. Deddy Mizwar memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan menjadi Calon Wakil Gubernur dengan pasangan Gubernur Petahana Ahmad Heryawan.
Sejak 1997, Deddy Mizwar mendirikan production house-nya sendiri, PT Demi Gisela Citra Sinema, dengan produksi pertama serial tv "Mat Angin", disusul kemudian dengan serial ramadan "Lorong Waktu" (6 season), "Demi Masa", "Kiamat Sudah Dekat" (film dan serial tv), film "Ketika", film "Nagabonar Jadi 2", serial tv "Para Pencari Tuhan", dan terakhir film "Identitas" yang meraih Piala Citra sebagai film terbaik FFI 2009. Di semua judul itu, Deddy Mizwar bertindak selaku produser sekaligus aktor dan sutradaranya. Sinetron dan film produksi Citra Sinema dikenal konsisten mengandung muatan religi dan komedi, meski beberapa judul bergenre drama, misalnya serial tv "Adillah" (RCTI), "Rinduku CintaMu" (SCTV), dan "Gerbang Penantian" (Lativi).
Pada tahun 2012 Deddy memutuskan terjun dalam dunia politik mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dalam PILKADA Jawa Barat 2013 mendampingi gubernur  Ahmad Heryawan. Dari hasil penghitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, pasangan Heryawan dan Deddy dinyatakan menang satu putaran.
Akhirnya pada tanggal 3 Maret 2013 Pasangan- Cawagub nomor 4 Aher-Demiz ditetapkan menjadi pemenangan Pemilihan Gubernur Jawa Barat dan akan memimpin Jaw Barat selama periode 2013 - 2018, pasangan ini meraih 6.515.313 suara atau sekitar 32 persen dari suara sah dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
2.3 Partai politik pendukung Pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar
Kemenangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar juga tidak terlepas dari peran serta partai politik pendukung. Dalam hal ini pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar mendapat kepercayaan masyarakat Jawa Barat dengan dukungan penuh dari empat partai politik, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP), Partai Hanura dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Berdasarkan jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Jawa Barat, Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) mendapat 13 kursi (11,9%), Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) 8 kursi (7.3%), Hanura 3 kursi (3.8%), sedangkan Partai Bulan Bintang ( PBB ) tidak meraih kursi di DPRD Jawa Barat. Total partai pendukung Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar memiliki 24 kursi atau 23% dari jumlah kursi DPRD Jawa Barat yang berjumlah 109 kursi. Jadi, Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar memiliki modal awal 23%  apabila berdasarkan hasil Pemilu legislatif tahun 2009. Sebagai informasi, pada Pemilu 2009, Partai Demokrat menjadi kampium di Jawa Barat dengan perolehan 38 kursi.
Pemilu legislatif dan Pemilihan Gubernur  memang sangat berbeda. Dalam Pemilihan Gubernur, pemilih tidak lagi loyal kepada partai, tetapi lebih cenderung melihat sosoknya. Namun, partai tidak bisa diabaikan begitu saja dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar yang didukung tiga  partai Islam dan satu Partai Nasionalis mempunyai peranan yang besar juga untuk memenangkan pasangan ini. Seperti kita ketahui, Jawa Barat sejak Pemilu tahun 1955 merupakan basis Partai Islam, karena mayoritas (90%) penduduk Jawa Barat adalah Muslim. Pemilih Partai Islam yang notabene dari kalangan “Santri” tradisional yang ada di pedesaan, dan “Santri” terdidik yang tingggal di perkotaan, banyak terkonsentrasi di ex-Keresidenan Bogor (Bogor, Cianjur, Sukabumi dan Depok), Bandung Raya (Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten Bandung, Bandung Barat) dan Priangan Timur (Tasikmalaya, Garut, Ciamis dan Banjar).
Kombinasi koalisi Partai Islam pendukung pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar menggambarkan gabungan kekuatan politik Islam tradisional dan moderat. PKS dan PBB mewakili kekuatan politik “Santri” perkotaan dan PPP menggambarkan kekuatan politik ‘Santri” Pedesaan atau Tradisional. Berbeda dengan Jawa Timur, Pemilih Nahdiyin (NU) Jawa Barat lebih cenderung berafiliasi ke Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) daripada Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ). Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) mempunyai basis massa kuat di Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Bogor dan Sukabumi. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ), memiliki basis di Depok, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Partai Bulan Bintang ( PBB ) walaupun tidak memiliki kursi di DPR, tetapi memiliki basis kuat di Jawa barat karena didukung oleh Ormas Islam Persis (Persatuan Islam) yang  berpusat di Bandung. Ditambah Partai Hanura, mewakili aspirasi pemilih nasionalis.
Basis dukungan terhadap Partai pengusung pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar ternyata tidak berbeda jauh dari hasil pemilihan tanggal 24 Februari 2013. Pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar menang di 15 Kota/Kabupaten dari 26 Kota/Kabupaten yakni : Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, dan  Kab. Bandung Barat. Semuanya menggambarkan wilayah basis partai pendukungnya yang telah disebutkan  diatas.
Pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar  kalah di daerah yang bukan basis pemilih Partai Islam, seperti Kota/Kabupaten yang terletak diwilayah Pantai Utara Jawa Barat yakni : Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kota Cirebon. Kemudian Ahmad Heryawan kalah tipis di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Purwakarta dari pasangan nomor 3 Dede Yusuf - Lex Laksamana.
Berdasakan uraian di atas bahwa dapat dilihat secara nyata bahwa partai politik yang mendukung pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar sangat berperan untuk memenangkan pasangan tersebut dalam Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada ) Jawa Barat pada hari Minggu, 24 Februari 2013 lalu.
2.4 Proses sosialisasi Politik Pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar dalam PILKADA Jawa Barat
Sosialisasi politik seperti yang telah dijelaskan diatas merupakan bagaimana proses memasyarakatkan nilai-nilai politik yang sampai pada akhirnya mempengaruhi sikap politik seseorang. Dalam hal ini, kemenangan pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat juga tidak terlepas dari strategi politik yang digunakan. Dalam hal ini adalah sosialisasi politik sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat jawa Barat. Adapun sosialaisasi politik pasangan ini melalui agen sosialisasi politik yaitu media massa dan kontak politik langsung.
Sosialisasi politik melalui media massa bukan merupakan hal baru yang dilakukan para pelaku politik, hal ini diterapkan sejak lama. Media massa sebagai agen sosialisasi politik memiliki peranan yang sangat penting dalam sosialisasi politik. Karena melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi politik. Media massa merupakan sarana yang kuat untuk membentuk sikap-sikap dan keyakinan politik.
            Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televisi dan internet memegang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan infoprmasi tentang informasi-informasi politik, media massa juga menyampaika nilai-nili utama yang dianut oleh masyarakatnya.
            Untuk mencari dukungan dan simpati dari masyarakat, pasangan nomor 4 Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar gencar merealisasikan dan mempromosikan diri melalui beragai media massa, seperti media cetak : pemasangan spanduk-spanduk, baleho raksasa, selebaran, Koran dan majalah-majalah. Seperti calon lainnya, poster-poster pasangan Aher – Demiz ini terpampang dimana-mana menghiasi Jawa Barat. Sedangka melalui media massa elektronik seperti melalui iklan di radio, Televisi dan internet. Misalnya beberapa hari menjelang pemungutan suara, adanya pemutaran film-film yang disutradarai sekaligus dibintangi Deddy Mizwar di stasiun Televisi Nasional. Hal ini tidak dapat difungkiri bahwa pemutaran itu secara tidak langsung mengkampanyekan sosok Deddy Mizwar. Dengan begitu masyarakat secara tidak langsung juga langsung mengingat wajah tersebut ketika pencoblosan nantinya.
            Sudah bukan rahasia umum lagi, untuk menarik simpati masyarakat maka melakukan para calon-calon legislative maupun eksekutif turun ke lapangan berbagai kegiatan untuk masyarakat. Hal itu juga dilakukan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar. Pasangan ini aktif turun ke masyarakat, misalnya kegiatan kunjungan Deddy Mizwar, Sabtu (14/01/2013)  ke Pasar Sukatani sekitar pukul 13.00, yang berlanjut ke SMPN 1 Sukatani, dan Terminal Sukatani. Dalam kegiatan itu, Dedy bertemu sapa sekaligus menanyakan keadaan pasar pada para pedagang di Pasar Sukatani. Selain itu masih banyak lagi kunjungan-kunjungan yang dilakukan pasangan ini ke lapangan untuk melihat langsung kondisi masyarakat. Tentu saja segala kegiatan ataupun kunjungan-kunjugan yang mereka lakukan secara tidak memperkenalkan diri dan secara tersirat menarik simpati masyarakat agar memberikan dukungan kepada pasangan ini.
Strategi ataupun cara sosialisasi politik yang sangat ampuh yaitu kampanye politik. Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciftakan suatu efek atau dampak tertentu.
Rogers dan Storey ( 1987 ) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciftakan efek tertentu pada sejumlah khalayak besar yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Merujuk pada definisi di atas, maka kita dapat melihat bahwa dalam setiap aktivitas kampanye mengandung pesan-pesan yang hendak disampaikan secara terbuka dan melatarbelakangi tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, strategi ataupun cara sosialisasi politik pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar melakukan kampanye. Kampanye pada hari pertama sengaja dilakukan dengan cara gerilya daripada melakukan pengumpulan massa di sebuah lapangan. Alasannya, dengan cara gerilya dan blusukan ke kampung-kampung, para kader dan relawan akan bertegur sapa dan bersilaturahmi langsung dengan para calon pemilih sehingga kesan saling mengenal akan lebih menonjol. Kemudian pada saat yang sama, para tim sukses juga memasang atribut kampanye sehingga calon pemilih langsung melihat calon yang diperkenalkannya. Kampanye secara gerilya sangat efektif, karena dengan cara menyapa dan gerilya ke pelosok pelosok dapat merangkul calon pemilih yang belum tersapa.
Selain itu, hal lain yang menjadi alasan kampanye dilakukan dengan cara gerilya sebab masih banyak ditemukan masyarakat yang belum mengetahui kapan pelaksanan penyelengaran Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Selain kampanye maka Tim Sukses juga sekaligus mensosialisasikan pelakasanan Pemilihan Gubernur, karena banyak temuan di lapangan masih ada masyarakat yang tidak mengetahui kapan pelaksanaan Pemilihan Gubernur tersebut.
Selanjutnya, setelah kampanye secara geriya maka dilakukan kampanye gerilya, Tim sukses pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar melakuan kampanye akbar yang menumpulkan banyak massa yang banyak. Untuk menarik perhatian masyarakat agar menghadiri kampanye tersebut, Tim sukses pasangan Aher – Demiz mendatangkan artis – artis ibukota. Misalnya pada kampanye di lapangan Dadaha Tasik Malaya, mendatangkan grup band Vegatoz. Maka dengan hadirnya para artis ibukota tersebut maka membludaklah masyarakat yang datang.
Di hadapan massa, Deddy Mizwar mengajak, supaya mendukung pasangan kancing merah tersebut tidak sebatas mencoblos pada hari pemilihan. Tetapi lebih jauh mendukung ketika sudah menjabat supaya selama menjabat tetap menjaga amanat rakyat dan melayani rakyat.
Berbagai strategi atau cara pasangan Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar dalam memperkenalkan diri dan menarik simpati dan mencari dukungan masyarakat yang keseluruhan itu merupakan proses sosialisasi politik pasangan tersebut yang pada akhirnya berhasil memenangkan Pilkada Jawa Barat pada 24 Februari 2013 lalu.
2.5 Peran Popularitas Deddy Mizwar dalam Kemenangan PILKADA Jawa Barat
Sudah menjadi rahasia umum bahwa popularitas dunia selebriti mempengaruhi dunia perpolitikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyakanya para selebriti tanah air yang terjun di dunia politik baik eksekutif maupun legislatif. Kemenangan pasangan Ahmad Hermansyah dan Deddy Mizwar tidak terlepas dari popularitas Deddy Mizwar yang berlatar belakangkan seorang aktor dan produser film di Indonesia.
            Kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar dalam Pilkada Jawa Barat bukan indikasi bangkitnya partai Islam. Kemenangan itu lebih disebabkan faktor popularitas Deddy Mizwar yang merupakan seorang artis
papan atas yang mana popularitas artis lebih kuat dari pada politisi dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat . Hal tersebut diungkapkan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit saat berbincang-bincang dengan kabar cepat.com, Jumat (1/3/2013). Indikasi mengenai hal tersebut juga terlihat dari perolehan suara pasangan Aher-Deddy. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan ini hanya mampu meraih angka di kisaran 30 persen.
Hasil survei Indonesia Political Marketing Research (IPMR) secara umum memotret kecenderungan pemilih dalam beberapa hari jelang Pilkada Jabar. Antara lain adanya indikasi kenaikan angka pertisipasi warga Jabar. Pemicunya tak lain tingginya tingkat popularitas beberapa pasangan calon gubernur. Khususnya, Deddy Mizwar meraih 93,8 persen.
Survei ini dilakukan pada 9 sampai 19 Februari 2013 dengan metode tatap muka untuk mengetahui tingkat popularitas, dukungan, elektabilitas, dan peta peluang serta ancaman suara dari masing-masing pasangan Calon Gubernur Jwa Barat.
Proses survei ini juga menggunakan metode proportionate multi stage random sampling terhadap 764 calon pemilih Pilgub Jabar 2013. Sampel responden diambil secara proporsional dan dipilih acak di 25 kota atau kabupaten dan 54 desa atau kelurahan di Jabar. Pemilihan kelurahan, RT, rumah, hingga responden yang diwawancarai di dalam rumah dipilih menggunakan metode random murni dengan bantuan table random. Survei ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin oferror pada angka 3,5 persen.
Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa popularitas Deddy Mizwar yang merupakan aktor, sutradara dan produser film cukup berperan dan berpengaruh pada kemenangan pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar pada pilkada Jabar pada 24 Februari  lalu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana pula orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik tersebut. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik.
Kemenangan pasangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar tidak lepas juga dari peran serta Partai Politik yang mendukungnya. Dalam hal ini, ada empat Partai Politik pendukung yaitu tiga terdiri dari partai Islam yakni Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ), Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ), Partai Bulan Bintang ( PBB ) dan satu dari partai nasionalis yakni Hanura.
            Soialisasi politik yang dilakukan pasangan nomor 4 Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar melalui strategi-strategi atau cara yang efektif untuk menarik simpati dan dukungan dari masyarakat Jawa Barat. Sosialisasi politik yang dilakukan seperti melakukan kegiatan kunjungan-kunjungan langsung ke lapangan, kampanye gerilya maupun kampanye akbar yang secara umum bertujuan untuk memeperkenalkan dan sosialisasi diri ke masyarakat untuk mencari simpati dan dukungan.
            Popularitas Deddy Mizwar sebagai seorang selebriti yaitu aktor, sutradara dan produser papan atas memegang peranan yang penting dalam kemenangan pasangan Aher – Demiz ini pada Pilkada Jawa Barat pada 24 Februari 2013 lalu. Hal ini dikatakan berdasarkan beberapa survey seperti yang dilakukan pengamat politik Universitas Indonesia ( UI ) dan hasil survei Indonesia Political Marketing Research (IPMR).
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan studi kasus diatas popularitas mampu mempengaruhi kemampuan figure politik. Diharapkan untuk masyarakat Indonesia untuk lebih cerdas dalam memilih pemimpin bangsa, jangan hanya dipengaruhi oleh popularitas tanpa memandang kualitas yang diharapkan. Karena seorang pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah pemimpin yang berkompeten, adil dan mampu dalam menjalankan roda pemerintahan guna melayani masyarakat untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Damsar, 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana
Duverger, Maurice.1982.Sosiologi Politik.Jakarta : Grafindo Persada
Erlinda, Sri. 2009. Sosiologi Politik. Pekanbaru : Cendikia Insani
Mas’oed, Mohtar & Colin Mac Andrews.2001.Perbandingan Sistem Politik.Yoyakarta : Gadjah Mada Univesity Press
Rush, Michael & Philip Althoff.Pengantar Sosilogi Politik.Jakarta:Grafindo Persada
Search Google :                




Tidak ada komentar:

Posting Komentar