Flag Counter

Rabu, 03 April 2013

Makalah " Perkembangan dan Penyesuaian Diri Remaja




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.


1.2 . Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
  2. Bagaimana proses penyesuaian diri?
  3. Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
  4. Apa saja faktor perbedaan proses penyesuaian diri?
  5. Bagaimana Upaya proses penyesuaian remaja terhadap implikasi  penyelenggaraan pendidikan?
  6. Bagai mana pengaruh Penyesuaian diri remaja?
  7. Bagai mana hasil penelitian/jurnal tentang penyesuaian diri remaja?
1.3.  Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
  1. Pengertian penyesuaian diri
  2. Proses penyesuaian diri
  3. Karakteristik penyesuaian diri secara positif
  4. Karakteristik penyesuaian diri yang salah,
  5. Faktor perbedaan proses penyesuaian diri,
  6. Upaya penyesuaian diri remaja terhadap implikasi penyelenggaraan pendidikan.
  7. Hasil penelitian/jurnal tentang penyesuaian diri remaja
1.4. Metode Penulisan Makalah
            Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca dan mengambil materi pembahasan dari buku tentang Perkembangan Penyesuaian Diri Remaja. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari Search Google internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Penyesuaian Diri
Pengertian Penyesuaian Diri menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2011: 173), Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders (1984) berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
a. Penyesuaian Diri Sebagai Adaptasi
Dilihat dari latar belakang perkembangan, pada mulanyanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih menngarah pada penyesuaian diri dalam artian fisik, fisiologis atau biologis. Dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekadar dengan penyesuaian diri fisik, melainkan lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
b. Penyesuaian Diri Sebagai Bentuk Komformitas (Comformity)
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dalam sudut Pandang ini, Individu selalu diarahkan kepada tuntutan komformitas dan terancam akan bertolak dirinya mana kala prilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.Dalam sudut pandang ini individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas.
c. Penyesuaian Diri Sebagai Usaha Penguasaan ( Mastery)
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Dengan kata lain penyesuaian diri dapat diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
Ada keterbatasan-keterbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu, oleh sebab itu perlu dirumuskanprinsip-prinsip penting mengenai hakekat penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut :
a. Setiap individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda
b. Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecendrungan yang telah dicapainya.
c. Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungan dalam tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.
Penyesuaian diri yang baik jika mempu respons-respons yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efesian artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau selompok antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya.
    Penyesuaian diri dapat diartikan atau dideskripsian sebagai berikut :
1.        Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
2.        Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3.        Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan,yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mrngatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi syarat.
4.        Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat pada setiap situasi.
Berdasrkan dari 3 sudut Pandang itu, penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam individu dengan tuntutan luar atau lingkungan tempat individu berada.

Dengan demikian,orang dipandang mempunyai penyesuaian diri yang baik adalah individu yang telah belajar beraksi terhadap dirinya dan lingkungannya dengan cara-cara yang matang efesien, memuaskan, dan sehat.serta dapat mengatasi simptomatik dan gangguan psikosomatik yang menggangu tujuan-tujuan moral, sosial, agama, dan pekerjaan.
 Sedangkan Pengertian Penyesuaian Diri Menurut Dra. Enung Fatimah (2006 : 194). Penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan untuk mengubah prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebgai berikut :
a. Penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensi dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengtan tuntutan lingkungan sosial.
b. Penyesuaian diri diartikan sebagai konformitas
c. Penyesuaian diri diartikan sebgai penguasaan, yaitu memiliki kemammpuan untuk membuat rencana.
d. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan dankematanngan emosional.
Sementara itu, pengertian Penyesuaian diri menurut Syamsu Yusuf  LN (2004:25), penyesuaian diri dapat diartikan suatu poses yang melibatkan respons-respons mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhuan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.

2.2  Proses Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2011 : 176),  Proses penyesuaian diri menurut Scahneiders (1984), melibatkan  tiga unsure, yaitu :
a. Motivasi dan proses penyesuaian diri
Faktor motivasi dapat dikatakan sebagi kunci untuki memahami proses penyesuaian diri. Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respons, apakah itu sehat, efisien, merusak, atau fatologis ditentukan oleh kualitas motivasi selain juga hubungan individu dengan lingkungan.
b. Sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri
Berbagai aspek penyesuaian diri di tentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia di sekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yangberbentuk realitas.
c. Penyesuaian Diri Remja terhadap kehidupan seks
Secara fisik remaja telah mengalami kematangan pertumbuhan funsi seksual sehingga perkembangan dorongan seksual juga semakin kuat. Artinya, remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam batas-bats penerimaan lingkungan sosialnya sehingga terbebas dari kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar moral msyarakat dan agama.
Sedangkan menurut Dra. Rosmawati (2011:156), proses penyesuaian diri suatu proses untuk mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan yang sesuai dengang lingkungannya. Tidak ada percapaian penyesuaian diri yang sempurna. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika individu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungan dimana tidak adanya lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi dna semua fungsi organism berjalan normal. Oleh karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, maka oleh sebab itu penyesuaian diri yang sempurna tidak pernah dicapai. Respon penyesuaian, baik atau buru, secara sederhana dapat dipandang sebgaia upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang wajar. Dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan cara individu merespon akan berbeda. Contoh : seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang erlalu sibuk dengan tuga-tugas lain. Anak akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan pemecehan reduksi ketegangan atau kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang dimana-mana tau mengisap jarinya, atau bahkan tidak berupaya sama sekali, atau makan secara berlebihan, sebagi respons pengganti bila kebutuhan tidak terpenuhi secara wajar.
Namun menurut Dra.Enung Fatimah (2006:203), penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Ada beberapa faktor yang dianggap menciftakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, yakni :
1. Lingkungan Keluarga yang Harmonis
Apabila dibesarkan dalam lingkungaan keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat cinta kaswih sayang, respek, toleransi, rasa aman dan kehangatan, seorang anak akan dapat melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan keluarga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang  dipelajarinya melalui permainan, senda gurau pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Di dalam keluarga seorang anak juga beljar bagaimana untuk tidak egois. Di dalam keluarga seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara-cara bergaul dengan baik.
b. Lingkungan teman sebaya
Menjalin hubungan erat dan harmonis dengan teman sebaya sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang sulit bagi remaja adalah menjauh dari dan dijauhi teman. Remaja mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya sebatas pada masalah penhetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan sosial secara luas dan kompleks. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga berperan sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih bagi murid-muridnya serta mampu mennyusun system pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
2.3  Karasteristik Penyesuaian Diri Remaja
Karakteristik Penyesuaian  diri remaja menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2011:179), ada 7 karakteristik :
1. Penyesuaian Diri Reamaja Terhadap Peran dan Identitasnya
Pesatnnya perkembangan fisik dan fsikis, seringkalinmenyebabkan remaja mengalami krisis peran dan identitas. Sesungnya remaja senantiasa berjuang agar dapat meainkan perannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Tujuannya adalah memperoleh identititas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat.
2. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Pendidikan
Krisis identitas atau masa topan dann badai pada diri remaja sering kali menimbulkan kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Jadi dalam konteks ini, penyesuaian diri remaja berjuang ingin meraih sukses dalam studi, tetapi dengan cara menimbulkann perasaan yang bebas dan senang terhindar dari tekanan dann konflik.
3. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Kehidupan Seks
Secara khas dalam konteks ini, penyesuaian remaja adalah mereka ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Norma Sosial
Dalam konteks ini, perjuangan penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial adalah ingin menginteraksikan terhadap dorongan untuk bertindak bebas di satu sisi, dengan tuntutan norma sosial dalam masyarakat di sisi lain. Tujuannya adalah agar terwujud internalisasi norma, baik pada kelompok remaja itu sendiri, lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
5. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Waktu luang
Dalam konteks ini, upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasannya seta inisiatif dan kreativitasnnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian, penggunaan waktu luang akan menunjang pengembangan diri dan manfaat sosial.
6. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Uang
Dalam konteks ini, perjuangan diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional, melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orangtuanya.
7. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi
Strategi penyesuaian diri terhadap kecemasan, konflik dan frustasi tersebut biasanya melalui mekanisme yang oleh Frued (Correy,1989) disebut dengan mekanisme perthanan diri (defence mechanism) seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi,rekresi dan fiksasi.
Sementara itu, karakteristik Penyesuaian diri remaja menurut Dra. Enung Fatimah (2006:195), bahwa tidak selamnya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
  1. Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
  1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
  2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme pertanyaan yang salah.
  3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
  4. Memiliki pertimbangan rasional dalam pengarahan diri.
  5. Mampu belajar dari penngalaman.
  6. Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
  1. Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung.
  2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
  3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
  4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
  5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
  6. Penyesuaian dengan belajar.
  7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
  8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
  1. Penyesuaian Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan (iii) reaksi melarikan diri.
a. Reaksi Bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
  • Rasionalisasi, yaitu mencari-cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakannya yang salah.
  • Represi, yaitu menekankan perasaan yang dirasakan kurang enak ke alamtidak sadar.
  • Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk mencari alasan yang dapat diterima.
  • “Sour Grapes”(anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan fakta atau kenyataan.
b. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Individu yang salah suai akan sikap dan menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
  • Selalu membenarkan diri sendiri
  • Selalu berkuasa dalam setiap situasi
  • Mau memiliki segalanya
  • Merasa senang bila mengganggu orang lain
  • Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
  • Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
  • Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
  • Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya
  • Bersikap balas dendam
  • Memperkosa hak orang lain
  • Tindakan yang serampangan dan
  • Marah secara sadis
c. Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: 1.) berfantasi yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai}, 2.) banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan 3.)regresi yaitu kembali kepada awal (misal orang dewasa yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
Kemudian, Karakteristik penyesuaian diri remaja menurut Dra.Rosmawati (2011:157) adalah
 
2.4  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bartahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik bekaitan erat dengan susunan/konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, pemalu, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
2. Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
            Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
  1. Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah:
  • Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatic (menyusahkan).
  • Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
  • Determinasi Diri
Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
  • Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.
  1. Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluaga dan pola hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
  1. Pengaruh rumah dan keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
  1. Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak –anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain :
  • Menerima (acceptance)
  • Menghukum dan disiplin yang berlebihan
  • Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan
  • Penolakan
  1. Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.

  1. Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
  1. Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
5.      Kultural dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja, dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama Tanda memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.
bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri remaja :
a.       Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misanya : untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
b.      Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri
c.       Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok
d.      Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal
e.       Perasaan menyerah
f.       Terlalu banyak berhayal untuk mengimbangi ketidak puasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
g.      Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan
h.      Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, bekhayal, dan memindahkan.

2.5  Upaya Proses Penyesuaian Remaja dan implikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan penyesuaian diri remaja yang ditandai dengan dinamika yang sangat tinggi, membawa implikasi imperatif akan pentingnya intervensi pendidikan yang dilakukan secara sistematis,serius, dan terprogram guna membantu proses pengembangannya agar berkembang ke arah yang lebih baik. Intervensi edukatif yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
2.6  Dalam kehidupan keluarga hendaknya diciptakan interaksi edukatif yang meberi perasaan aman bagi remaja untuk memerankan dirinya ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan keluarganya. Dengan demikian, remaja akan terlatih melakukan penyesuian diri dalam bentuk interaksi yang bermanfaat bagi dirinya dan  orang lain.
2.7  Orang tua hendaknya jagan menumbulkan stimulus yang dapat mengembangkan identifikasi negatif pada remaja karena sesungguhnya orang tua harus dapat dijadikan model bagi remaja dalam segala tingkah lakunya.
2.8  Hindarkanlah perkembangan identifikasi menyilang pada remaja,karena akan sangat mengaggu proses perkembangan penyesuiaan diri remaja. Jika terlihat anak remajanya mengidentifikasikan kepada orang tua yang berbeda jenis kelaminnya, sebeliknya segera hindarkan dan cegah perkembangan lebih jauh lagi.
2.9  Perlu menciptakan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan dalamnya menuntut kemampuan remaja untuk melakukan integrasi,proses sosialisasi, dan penyesuaian diri tehadap diri sendiri,kegiatan yang ngikuti, maupun orang yang lain sama-sama ikut aktif dalam proses kegiatan tersebut.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
  1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
  2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
  3. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
  4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
  5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
Karena di sekolah guru merupakan figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
  1. Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan kelas.
  2. Ramah (cheerful) dan optimistis.
  3. Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya.
  4. Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
  5. Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.

2.6 Pengaruh Penyesuaian Diri Remaja
Persepsi remaja memiliki pengaruh yang berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karena persepsi memiliki peranan penting dalam perilaku, yaitu sebagai berikut :
a.       Sebagai pembentukan pengembangan sikap tehadap suatu objektif atau peristiwa yang berarti akan mempengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yang lebih terarah.
b.      Sebagai perngembangan fungsi kognetif,efektif, dan kognetif sehingga berpengaruh terhadap penyesuian yang lebih utuh dan proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengelaman-pengalaman yang relevan.
c.       Meningkatkan keaktifan,kedinamisan,dan kesadaran terhdap lingkungan sehingga dapat mengerakkan motivasi untuk menyesuaian diri secara lebih sadar.
d.      Meningkatkan pengalaman dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian dari menjadi lebih rasional dan realisasi.
e.       Pengembangan kemampuan mengelola pengalaman dalam kehidupan sehari-harinsecara bekelanjutan sehingga dapat mendorong kearah proses sosialisasi yang semakin mantap.

2.7 Metode Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah semi terstruktur. Secara umum, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara menggunakan pertanyaan terbuka dan tidak sepenuhnya berpedoman pada naskah pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, pertanyaan yang akan diajukan tergantung pada konteks jawaban dari interview nantinya. Namun, masih dalam batasan-batasan pertanyaan yang relevan dengan tujuan wawancara itu sendiri.
I. Identitas Subjek Wawancara
a. Nama : A W
b. Umur : 20 tahun
c. Universitas : swasta
d. Fakultas : Farmasi
e. Asal : Klaten
f. Alamat : Yogyakarta
II. Pelaksanaan Wawancara
a. Tempat : Rumah A W, Yogyakarta
b. Tanggal : 23 Mei 2009
c. Durasi : 54 menit.

PEMBAHASAN
I. Hasil Wawancara
Dari wawancara yang telah dilakukan subjek mengidentifikasikan dirinya sebagai orang yang pemalu dalam lingkungan social. Sehingga rasa pemalu tersebut membuat dirinya sulit untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu dengan orang yang baru saja ditemuinya. Subjek juga terkadang merasa tidak mudah menyesuaikan dirinya ditempat yang baru, tetapi subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya dilingkungan baru tersebut.
Dalam lingkungan keluarga, subjek termasuk orang yang dekat dengan keluarganya. Subjek merasa nyaman berada dilingkungan keluarganya walaupun terkadang bertengkar sewaktu kecil akan tetapi subjek merasa nyaman berada dengan keluarganya. Dengan anggota keluarga baru pun subjek dapat menyesuaikan dirinya dengan baik walaupun pada dasarnya subjek adalah seseorang yang pemalu. Karena subjek menganggap orang baru tersebut adalah keluarganya.
Dalam lingkungan sekolah / kampus, subjek akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan orang yang baru subjek kenal dengan mengajak bicara dan subjek merasa nyaman berada dalam lingkungan kelasnya karena orang-orang disekitarnya ramah dan baik. Subjek akan bersikap cuek dengan orang yang subjek tidak sukai. Namun, subjek berusaha untuk tidak mempunyai musuh dalam lingkungan kampusnya.
II. Kesimpulan
Subjek adalah seorang yang pemalu tetapi subjek dapat menyesuaikan dirinya dilingkungan sekitarnya dan dapat menempatkan dirinya dalam berbagai lingkungan sesuai dengan posisi dia dalam suatu lingkungan tersebut. Subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dengan orang-orang yang baru dia kenal dengan mengajak bicara dan akan membuat suasana menjadi nyaman dengan beraktifitas yang membuat dia merasa nyaman apabila dalam suatu lingkungan yang baru tersebut subjek merasa nyaman Sehingga subjek dapat merasa nyaman dan tetap dapat berada di lingkungan tersebut.
 
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.
3.2 Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami keadaan remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Asrori, 2011, psikologi remaja perkembangan peserta didik, jakarta : PT.Bumi Aksara
Elizabeth B. Harlock, psikologi perkembangan, edisi kelima, PT. Gelora Aksara Pratama
Al Mighwar, psikologi remaja, (2006), CV Pustaka setia
http://unjakreatif.blogspot.com/2011/04/penyesuaian-diri-remaja.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar