BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil
pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah
dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan,
kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia
secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia
miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan
dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal
seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan
aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang
kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah
suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya
adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya
marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri,
karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses penyesuaian diri.
1.2 . Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
- Bagaimana proses penyesuaian diri?
- Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
- Apa saja faktor perbedaan proses penyesuaian diri?
- Bagaimana Upaya proses penyesuaian remaja terhadap implikasi penyelenggaraan pendidikan?
- Bagai mana pengaruh Penyesuaian diri remaja?
- Bagai mana hasil penelitian/jurnal tentang penyesuaian diri remaja?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah :
- Pengertian penyesuaian diri
- Proses penyesuaian diri
- Karakteristik penyesuaian diri secara positif
- Karakteristik penyesuaian diri yang salah,
- Faktor perbedaan proses penyesuaian diri,
- Upaya penyesuaian diri remaja terhadap implikasi penyelenggaraan pendidikan.
- Hasil penelitian/jurnal tentang penyesuaian diri remaja
1.4. Metode Penulisan Makalah
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode
studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca dan mengambil materi
pembahasan dari buku tentang Perkembangan Penyesuaian Diri Remaja. Selain itu,
tim penulis juga memperoleh data dari Search
Google internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyesuaian Diri
Pengertian Penyesuaian Diri
menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori
(2011: 173), Penyesuaian diri
dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment
atau personal adjustment. Schneiders (1984) berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
a.
Penyesuaian Diri Sebagai Adaptasi
Dilihat
dari latar belakang perkembangan, pada mulanyanya penyesuaian diri diartikan
sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
menngarah pada penyesuaian diri dalam artian fisik, fisiologis atau biologis.
Dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekadar dengan penyesuaian diri
fisik, melainkan lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan
dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
b.
Penyesuaian Diri Sebagai Bentuk Komformitas (Comformity)
Ada juga
penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas
terhadap suatu norma.
Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dalam sudut
Pandang ini, Individu selalu diarahkan kepada tuntutan komformitas dan terancam
akan bertolak dirinya mana kala prilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Dengan
memaknai penyesuaian diri sebagai
usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan
mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari
penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.Dalam sudut
pandang ini individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas.
c.
Penyesuaian Diri Sebagai Usaha Penguasaan ( Mastery)
Sudut pandang berikutnya
adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan
(mastery), yaitu
kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara
tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Dengan kata
lain penyesuaian diri dapat diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi dan kebiasaan menjadi terkendali
dan terarah.
Ada
keterbatasan-keterbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu, oleh sebab itu
perlu dirumuskanprinsip-prinsip penting mengenai hakekat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut :
a. Setiap individu memiliki
kualitas penyesuaian diri yang berbeda
b. Penyesuaian diri sebagian
besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecendrungan yang telah
dicapainya.
c. Penyesuaian diri juga
ditentukan oleh faktor internal dalam hubungan dalam tuntutan lingkungan
individu yang bersangkutan.
Penyesuaian diri yang baik jika mempu respons-respons
yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efesian artinya mampu
melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin.
Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan
hakikat individu, lembaga, atau selompok antar individu, dan hubungan antara
individu dengan penciptanya.
Penyesuaian diri dapat diartikan atau dideskripsian
sebagai berikut :
1.
Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa
“survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat
mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
2.
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3.
Penyesuaian
dapat diartikan sebagai penguasaan,yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mrngatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara
efisien. Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi
syarat.
4.
Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat
pada setiap situasi.
Berdasrkan dari 3 sudut
Pandang itu, penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang
mencakup respon-respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar
dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi,
konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam individu dengan tuntutan luar atau lingkungan tempat individu berada.
Dengan demikian,orang dipandang mempunyai penyesuaian
diri yang baik adalah individu yang telah belajar beraksi terhadap dirinya dan
lingkungannya dengan cara-cara yang matang efesien, memuaskan, dan sehat.serta
dapat mengatasi simptomatik dan gangguan psikosomatik yang menggangu
tujuan-tujuan moral, sosial, agama, dan pekerjaan.
Sedangkan Pengertian
Penyesuaian Diri Menurut Dra. Enung Fatimah
(2006 : 194). Penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis
yang bertujuan untuk mengubah prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan
sebgai berikut :
a. Penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat
mempertahankan eksistensi dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengtan tuntutan lingkungan sosial.
b. Penyesuaian diri diartikan sebagai konformitas
c. Penyesuaian diri diartikan sebgai penguasaan, yaitu
memiliki kemammpuan untuk membuat rencana.
d. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan
dankematanngan emosional.
Sementara itu, pengertian Penyesuaian diri menurut
Syamsu Yusuf LN (2004:25), penyesuaian
diri dapat diartikan suatu poses yang melibatkan respons-respons mental dan
perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhuan, dan mengatasi
ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan
lingkungan dimana dia hidup.
2.2 Proses Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri
menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2011 : 176), Proses penyesuaian diri menurut Scahneiders
(1984), melibatkan tiga unsure, yaitu :
a. Motivasi dan proses
penyesuaian diri
Faktor motivasi dapat
dikatakan sebagi kunci untuki memahami proses penyesuaian diri. Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana
dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan
dan memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respons, apakah itu
sehat, efisien, merusak, atau fatologis ditentukan oleh kualitas motivasi
selain juga hubungan individu dengan lingkungan.
b. Sikap terhadap realitas dan
proses penyesuaian diri
Berbagai aspek penyesuaian
diri di tentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia di
sekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yangberbentuk realitas.
c. Penyesuaian Diri Remja
terhadap kehidupan seks
Secara fisik remaja telah
mengalami kematangan pertumbuhan funsi seksual sehingga perkembangan dorongan
seksual juga semakin kuat. Artinya, remaja perlu menyesuaikan penyaluran
kebutuhan seksualnya dalam batas-bats penerimaan lingkungan sosialnya sehingga
terbebas dari kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar moral
msyarakat dan agama.
Sedangkan menurut Dra.
Rosmawati (2011:156), proses penyesuaian diri suatu proses untuk mencapai
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan yang sesuai dengang lingkungannya.
Tidak ada percapaian penyesuaian diri yang sempurna. Penyesuaian yang sempurna
terjadi jika individu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungan
dimana tidak adanya lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi dna semua fungsi
organism berjalan normal. Oleh karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu
proses sepanjang hayat, maka oleh sebab itu penyesuaian diri yang sempurna
tidak pernah dicapai. Respon penyesuaian, baik atau buru, secara sederhana
dapat dipandang sebgaia upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan
dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang wajar. Dalam memenuhi
kebutuhan atau keinginan cara individu merespon akan berbeda. Contoh : seorang
anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang erlalu sibuk dengan
tuga-tugas lain. Anak akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan pemecehan
reduksi ketegangan atau kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari
kasih sayang dimana-mana tau mengisap jarinya, atau bahkan tidak berupaya sama
sekali, atau makan secara berlebihan, sebagi respons pengganti bila kebutuhan
tidak terpenuhi secara wajar.
Namun menurut Dra.Enung
Fatimah (2006:203), penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Ada
beberapa faktor yang dianggap menciftakan penyesuaian diri yang cukup sehat
bagi remaja, yakni :
1. Lingkungan Keluarga yang
Harmonis
Apabila dibesarkan dalam
lingkungaan keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat cinta kaswih
sayang, respek, toleransi, rasa aman dan kehangatan, seorang anak akan dapat
melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan keluarga
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak.
Lingkungan keluarga juga
merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajarinya melalui permainan, senda gurau
pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Di dalam keluarga seorang anak juga
beljar bagaimana untuk tidak egois. Di dalam keluarga seorang anak mempelajari
dasar-dasar dari cara-cara bergaul dengan baik.
b. Lingkungan teman sebaya
Menjalin hubungan erat dan
harmonis dengan teman sebaya sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang
sulit bagi remaja adalah menjauh dari dan dijauhi teman. Remaja mencurahkan
kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang
tidak hanya sebatas pada masalah penhetahuan dan informasi saja, tetapi juga
mencakup tanggung jawab moral dan sosial secara luas dan kompleks. Demikian
pula guru, tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga berperan sebagai
pendidik, pembimbing dan pelatih bagi murid-muridnya serta mampu mennyusun
system pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
2.3
Karasteristik Penyesuaian Diri
Remaja
Karakteristik Penyesuaian diri remaja menurut Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori (2011:179), ada 7 karakteristik :
1. Penyesuaian Diri Reamaja
Terhadap Peran dan Identitasnya
Pesatnnya perkembangan fisik
dan fsikis, seringkalinmenyebabkan remaja mengalami krisis peran dan identitas.
Sesungnya remaja senantiasa berjuang agar dapat meainkan perannya agar sesuai
dengan perkembangan masa peralihannya dari masa anak-anak menjadi masa dewasa.
Tujuannya adalah memperoleh identititas diri yang semakin jelas dan dapat
dimengerti serta diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah
atau masyarakat.
2. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Pendidikan
Krisis identitas atau masa
topan dann badai pada diri remaja sering kali menimbulkan kendala dalam
penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Jadi dalam konteks ini,
penyesuaian diri remaja berjuang ingin meraih sukses dalam studi, tetapi dengan
cara menimbulkann perasaan yang bebas dan senang terhindar dari tekanan dann
konflik.
3. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Kehidupan Seks
Secara khas dalam konteks ini,
penyesuaian remaja adalah mereka ingin memahami kondisi seksual dirinya dan
lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang
dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Norma Sosial
Dalam konteks ini, perjuangan
penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial adalah ingin menginteraksikan
terhadap dorongan untuk bertindak bebas di satu sisi, dengan tuntutan norma
sosial dalam masyarakat di sisi lain. Tujuannya adalah agar terwujud
internalisasi norma, baik pada kelompok remaja itu sendiri, lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
5. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Penggunaan Waktu luang
Dalam konteks ini, upaya
penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyesuaian antara dorongan
kebebasannya seta inisiatif dan kreativitasnnya dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat. Dengan demikian, penggunaan waktu luang akan menunjang pengembangan
diri dan manfaat sosial.
6. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap Penggunaan Uang
Dalam konteks ini, perjuangan
diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional,
melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi
ekonomi orangtuanya.
7. Penyesuaian Diri Remaja
Terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi
Strategi penyesuaian diri
terhadap kecemasan, konflik dan frustasi tersebut biasanya melalui mekanisme
yang oleh Frued (Correy,1989) disebut dengan mekanisme perthanan diri (defence
mechanism) seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi,
identifikasi,rekresi dan fiksasi.
Sementara itu, karakteristik
Penyesuaian diri remaja menurut Dra. Enung Fatimah (2006:195), bahwa tidak
selamnya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan
rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang
melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka tergolong mampu
melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme pertanyaan yang salah.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dalam pengarahan diri.
- Mampu belajar dari penngalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian
diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara
lain:
- Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung.
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
- Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
- Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
- Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
- Penyesuaian dengan belajar.
- Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
- Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
- Penyesuaian Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang
tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan
(iii) reaksi melarikan diri.
a. Reaksi Bertahan (Defence
Reaction)
Individu berusaha untuk
mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu
berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk
khusus reaksi ini antara lain:
- Rasionalisasi, yaitu mencari-cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakannya yang salah.
- Represi, yaitu menekankan perasaan yang dirasakan kurang enak ke alamtidak sadar.
- Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk mencari alasan yang dapat diterima.
- “Sour Grapes”(anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan fakta atau kenyataan.
b. Reaksi Menyerang
(Aggressive Reaction)
Individu yang salah suai akan
sikap dan menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang atau konfrontasi untuk
menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya.
Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
- Selalu membenarkan diri sendiri
- Selalu berkuasa dalam setiap situasi
- Mau memiliki segalanya
- Merasa senang bila mengganggu orang lain
- Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
- Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
- Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
- Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya
- Bersikap balas dendam
- Memperkosa hak orang lain
- Tindakan yang serampangan dan
- Marah secara sadis
c. Reaksi melarikan diri (
Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai penyesuaian diri yang
salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksinya
tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: 1.) berfantasi
yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan
(seolah-olah sudah tercapai}, 2.) banyak tidur,
minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan 3.)regresi yaitu kembali kepada awal (misal orang dewasa
yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
Kemudian, Karakteristik
penyesuaian diri remaja menurut Dra.Rosmawati (2011:157) adalah
2.4
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Proses penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian
mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu
berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses
penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor
yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu
penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bartahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
- Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti
pembawaan dan struktur/konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik bekaitan erat dengan
susunan/konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang
tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya,
1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah,
tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas
sosial, pemalu, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah
merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system
saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian
diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system
saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah
laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi
sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik.
2. Perkembangan, Kematangan
dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari
respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar
dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon,
tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang
untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum
perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu
dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda
pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping
itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut
jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan
mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral,
keagamaan dan intelektual.
- Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
Banyak sekali faktor
psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah:
- Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri.
Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri
adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatic (menyusahkan).
- Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses
penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon
yang akan membentuk kepribadian.
- Determinasi Diri
Dalam proses penyesuaian diri,
disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, orangnya itu sendiri
menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai
sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan
atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
- Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa
semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik
dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.
- Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak
seperti keluaga dan pola hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan
agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
- Pengaruh rumah dan keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang
mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang
sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil.
Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga.
Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
- Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua
dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak
–anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara
lain :
- Menerima (acceptance)
- Menghukum dan disiplin yang berlebihan
- Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan
- Penolakan
- Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang
penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang,
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih
baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
- Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat
dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola
penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku
salah bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan
remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
- Sekolah
Sekolah mempunyai peranan
sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para
siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan
pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak
disekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
5. Kultural dan Agama Sebagai
Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana
individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Contohnya tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja, dan semacamnya akan
mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya.
Agama memberikan suasana
psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya.
Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan
sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan
tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama Tanda memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.
bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri
remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku
mengabaikan pelajaran, misanya : untuk bersenang-senang dan mendapatkan
dukungan sosial.
b. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri
sendiri
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh
mengikuti standar-standar kelompok
d. Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan
yang dikenal
e. Perasaan menyerah
f. Terlalu banyak berhayal untuk mengimbangi ketidak
puasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
g. Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya
disenangi dan diperhatikan
h. Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi,
proyeksi, bekhayal, dan memindahkan.
2.5
Upaya Proses Penyesuaian Remaja dan
implikasi terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Perkembangan penyesuaian diri remaja yang ditandai
dengan dinamika yang sangat tinggi, membawa implikasi imperatif akan pentingnya
intervensi pendidikan yang dilakukan secara sistematis,serius, dan terprogram
guna membantu proses pengembangannya agar berkembang ke arah yang lebih baik.
Intervensi edukatif yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
2.6 Dalam kehidupan keluarga hendaknya diciptakan
interaksi edukatif yang meberi perasaan aman bagi remaja untuk memerankan
dirinya ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan keluarganya. Dengan demikian,
remaja akan terlatih melakukan penyesuian diri dalam bentuk interaksi yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
2.7 Orang tua hendaknya jagan menumbulkan stimulus yang
dapat mengembangkan identifikasi negatif pada remaja karena sesungguhnya orang
tua harus dapat dijadikan model bagi remaja dalam segala tingkah lakunya.
2.8 Hindarkanlah perkembangan identifikasi menyilang pada
remaja,karena akan sangat mengaggu proses perkembangan penyesuiaan diri remaja.
Jika terlihat anak remajanya mengidentifikasikan kepada orang tua yang berbeda
jenis kelaminnya, sebeliknya segera hindarkan dan cegah perkembangan lebih jauh
lagi.
2.9 Perlu menciptakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
edukatif dan dalamnya menuntut kemampuan remaja untuk melakukan
integrasi,proses sosialisasi, dan penyesuaian diri tehadap diri sendiri,kegiatan
yang ngikuti, maupun orang yang lain sama-sama ikut aktif dalam proses kegiatan
tersebut.
Lingkungan sekolah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban
fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya
dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan
keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk
wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka menghadapi
kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk
membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri
baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di
sekolah adalah:
- Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
- Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
- Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
Karena di sekolah guru
merupakan figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap
penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni
sebagai berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
- Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan kelas.
- Ramah (cheerful) dan optimistis.
- Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya.
- Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
- Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
2.6 Pengaruh Penyesuaian Diri Remaja
Persepsi remaja memiliki pengaruh yang berarti
terhadap dinamika penyesuaian diri karena persepsi memiliki peranan penting
dalam perilaku, yaitu sebagai berikut :
a. Sebagai pembentukan pengembangan sikap tehadap suatu
objektif atau peristiwa yang berarti akan mempengaruh terhadap perilaku penyesuaian
diri yang lebih terarah.
b. Sebagai perngembangan fungsi kognetif,efektif, dan
kognetif sehingga berpengaruh terhadap penyesuian yang lebih utuh dan
proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengelaman-pengalaman yang relevan.
c. Meningkatkan keaktifan,kedinamisan,dan kesadaran
terhdap lingkungan sehingga dapat mengerakkan motivasi untuk menyesuaian diri
secara lebih sadar.
d. Meningkatkan pengalaman dan penilaian secara objektif
terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian dari menjadi lebih rasional dan
realisasi.
e. Pengembangan kemampuan mengelola pengalaman dalam
kehidupan sehari-harinsecara bekelanjutan sehingga dapat mendorong kearah
proses sosialisasi yang semakin mantap.
2.7 Metode Wawancara
Metode wawancara yang
digunakan dalam wawancara ini adalah semi terstruktur. Secara umum, pertanyaan
yang digunakan dalam wawancara menggunakan pertanyaan terbuka dan tidak
sepenuhnya berpedoman pada naskah pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya,
pertanyaan yang akan diajukan tergantung pada konteks jawaban dari interview
nantinya. Namun, masih dalam batasan-batasan pertanyaan yang relevan dengan
tujuan wawancara itu sendiri.
I. Identitas Subjek Wawancara
a. Nama : A W
b. Umur : 20 tahun
c. Universitas :
swasta
d. Fakultas : Farmasi
e. Asal : Klaten
f. Alamat :
Yogyakarta
II. Pelaksanaan Wawancara
a. Tempat : Rumah A
W, Yogyakarta
b. Tanggal : 23 Mei
2009
c. Durasi : 54 menit.
PEMBAHASAN
I. Hasil Wawancara
Dari wawancara yang telah dilakukan subjek
mengidentifikasikan dirinya sebagai orang yang pemalu dalam lingkungan social.
Sehingga rasa pemalu tersebut membuat dirinya sulit untuk mengajak berkenalan
terlebih dahulu dengan orang yang baru saja ditemuinya. Subjek juga terkadang
merasa tidak mudah menyesuaikan dirinya ditempat yang baru, tetapi subjek akan
berusaha untuk menyesuaikan dirinya dilingkungan baru tersebut.
Dalam lingkungan keluarga, subjek termasuk orang yang
dekat dengan keluarganya. Subjek merasa nyaman berada dilingkungan keluarganya
walaupun terkadang bertengkar sewaktu kecil akan tetapi subjek merasa nyaman
berada dengan keluarganya. Dengan anggota keluarga baru pun subjek dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik walaupun pada dasarnya subjek adalah seseorang
yang pemalu. Karena subjek menganggap orang baru tersebut adalah keluarganya.
Dalam lingkungan sekolah / kampus, subjek akan
berusaha menyesuaikan dirinya dengan orang yang baru subjek kenal dengan
mengajak bicara dan subjek merasa nyaman berada dalam lingkungan kelasnya
karena orang-orang disekitarnya ramah dan baik. Subjek akan bersikap cuek
dengan orang yang subjek tidak sukai. Namun, subjek berusaha untuk tidak
mempunyai musuh dalam lingkungan kampusnya.
II. Kesimpulan
Subjek adalah seorang yang pemalu tetapi subjek dapat
menyesuaikan dirinya dilingkungan sekitarnya dan dapat menempatkan dirinya
dalam berbagai lingkungan sesuai dengan posisi dia dalam suatu lingkungan
tersebut. Subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dengan orang-orang yang baru
dia kenal dengan mengajak bicara dan akan membuat suasana menjadi nyaman dengan
beraktifitas yang membuat dia merasa nyaman apabila dalam suatu lingkungan yang
baru tersebut subjek merasa nyaman Sehingga subjek dapat merasa nyaman dan
tetap dapat berada di lingkungan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap
lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup
unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan
kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian
keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan
konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri
dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan
emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana
kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain
faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan
juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan
penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain
megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya
dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan
sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.
3.2 Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami
keadaan remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya
menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli
dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Ali, Asrori, 2011, psikologi remaja perkembangan
peserta didik, jakarta : PT.Bumi Aksara
Elizabeth B. Harlock, psikologi perkembangan, edisi
kelima, PT. Gelora Aksara Pratama
Al Mighwar, psikologi
remaja, (2006), CV Pustaka setia
http://unjakreatif.blogspot.com/2011/04/penyesuaian-diri-remaja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar