Konsep Karakter Bangsa
1. Pengertian
pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai
perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Kemendiknas, 2010). http://amilafi226.wordpress.com/2012/01/09/pengintegrasian-pendidikan-karakter-dalam-pembelajaran/
Pendidikan
karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai
macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Agar pribadi itu
semakin dapat menghayati kebebasannya
sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri
sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka.
Pendidikan karakter bisa diartikan sebagai
sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati
kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan
karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan (Zainal Aqib, 2011).
2. Nilai-nilai
karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Suyadi, 2013) Ada 18 karakter bangsa yaitu :
a)
Religius, yakni ketaatan dan
kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan)
yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
b)
Jujur, yakni sikap dan perilaku yang
menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui
apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
c)
Toleransi, yakni sikap dan perilaku
yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,
suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan
dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan
tersebut.
d)
Disiplin, yakni kebiasaan dan
tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang
berlaku.
e)
Kerja keras, yakni perilaku yang
menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah
penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan
lain-lain dengan sebaik-baiknya.
f)
Kreatif,
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam
memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan
hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
g)
Mandiri, yakni sikap dan perilaku
yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun
persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara
kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada
orang lain.
h)
Demokratis, yakni sikap dan cara
berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata
antara dirinya dengan orang lain.
i)
Rasa ingin tahu, yakni cara
berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan
terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih
mendalam.
j)
Semangat kebangsaan atau
nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k)
Cinta tanah air, yakni sikap dan
perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga
tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
l)
Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka
terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa
mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
m)
Komunikatif, senang bersahabat atau
proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui
komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan
baik.
n)
Cinta damai, yakni sikap dan
perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas
kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
o)
Gemar membaca, yakni kebiasaan
dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca
berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
p)
Peduli lingkungan, yakni sikap dan
tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
q)
Peduli sosial, yakni sikap dan
perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat
yang membutuhkannya.
r)
Tanggung jawab, yakni sikap dan
perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang
berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun
agama.
Menurut Kemendiknas (2010) nilai-nilai karakter utama pada tingkatan SMP, yaitu:
a) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
(religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, yaitu:
jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya
diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, ingin tahu, cinta ilmu
c) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
sesama
(1) Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta
orang lain.
(2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
(1) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
(2) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
a) Nilai
karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
b) Nilai
kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
(1)
Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
(2)
Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral
yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri kita, yang
akan melandasi sikap dan perilaku kita. Tentu karakter tidak datang dengan
sendirinya melainkan harus kita bentuk. Kita tumbuh kembangkan dan kita bangun
secara sadar dan sengaja. Kalau karakter tidak dibangun maka rongga yang ada
sebagai tempat landasan sikap dan perilaku besar kemungkinan akan diisi oleh
hawa nafsu bahkan mungkin setan yang merajalela.
Peran
karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal.
Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar dalam
mengarungi bahtera kehidupan seorang manusia.
Antonio
Scalia (dalam Zainal
Aqib, 2011)
mengatakan bahwa” the only thing in the
world not for sale is character”. Karakter tidak dapat kita beli, padahala
itu sangat penting dan diperlukan di dalam menentukan arah dan tujuan hidup
kita. Dengan demikian karaker harus kita tumbuhkembangkan sendiri melalui
pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengasruh lingkungan.
Semuanya dilandasi dengan kesadaran dan kemauan kuat untuk mengembsngkannya.
Adadalam suatu jargon dalam character
building yang mengatakan bahwa charater
building is a never ending process, yang artinya sejak janin berada di
dalam kandungan ibunya sampai meninggal, semestinya selalu melakukan
pembangunan karakter. Kalau kita amati
kondisi nyata di Indonesia, kita dapat pertanyakan apakah selama ini , kita
mengabaikan atau bahkan tidak menyadari bahwa karakter itu perlu dibangun, dibentuk ,ditempa, dikembangkan dan
dimantapkan.
Dalam
pembangunan karakter paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan,
yaitu:
1)
Mengintegrasikan
tata nilai
2)
Menyadari
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (the
does and the don’ts)
3)
Membentuk
kebiasaan (habit forming)
4) Menjadi teladan
( role model) sebagai pribadi berkarakter
B.
Pengertian Siswa
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2009) siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.dalam kegiatan tersebut sisw mengalami tindak
mengajar, dan merespons denan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum
menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar,
maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.
Siswa
mengalami suatu poses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan
kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi
semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya
penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan
siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan
untuk semakin mandiri.
Siswa
adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik
secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar.
Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa
di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Di lingkungan
sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi
ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali masalah-masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja.
Siswa sudah mulai berfikir tentang dirinya, bagaimana keluarganya, temanteman
pergaulannya dan sebagainya. Pada masa ini seakan mereka menjadi
manusia dewasa yang bisa segalanya dan terkadang tidak memikirkan
akibatnya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh keluarga dan tentu saja
pihak sekolah.
secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar.
Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa
di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Di lingkungan
sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi
ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali masalah-masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja.
Siswa sudah mulai berfikir tentang dirinya, bagaimana keluarganya, temanteman
pergaulannya dan sebagainya. Pada masa ini seakan mereka menjadi
manusia dewasa yang bisa segalanya dan terkadang tidak memikirkan
akibatnya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh keluarga dan tentu saja
pihak sekolah.
Contoh
kecil misalnya ketika menuju sekolah, seorang anak membawa
beban emosional tertentu, mungkin masalah pribadi atau masalah keluarga
yang berpotensi menghalanginya masuk sekolah. Jadi, kalau di sekolah ia tidak mendapatkan pengarahan dan perhatian yang memadahi, bahkan ia
dibenturkan pada perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban yang keras
maka ia akan melanggar peraturan sekolah. Biasanya hal itu nampak dalam
hal sebagai berikut:
beban emosional tertentu, mungkin masalah pribadi atau masalah keluarga
yang berpotensi menghalanginya masuk sekolah. Jadi, kalau di sekolah ia tidak mendapatkan pengarahan dan perhatian yang memadahi, bahkan ia
dibenturkan pada perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban yang keras
maka ia akan melanggar peraturan sekolah. Biasanya hal itu nampak dalam
hal sebagai berikut:
1)
Kabur dari
sekolah
2)
Absen
terus-terusan, atau terlambat dari waktu-waktu pelajaran yang telah ditentukan
3)
Melakukan
pelanggaraan dilingkungan sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar