Menstruasi
merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan wanita setiap bulannya
untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut Prawiroharjo (1999) adalah
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai dengan pelepasan (deskuamasi)endometrium.
Walaupaun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita
yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau
selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007). Kebanyakan wanita tidak merasakan
gejala- gejala pada salah satu waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat
di panggul atau merasa nyeri (Sarwono, 2007). Ketidaknyamanan fisik saat
menstruasi yaitu dismenore.
Dismenore atau
nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan
wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan (Sarwono,
2007). Dismenoremerupakan
keluhan yang paling sering di temukan oleh ahli ginekologi, pemeriksaannya
harus di laksanakan secara sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asaldismenore. Diagnostik tidak boleh berhenti pada jenis kelainan adanya
penyakit atau kelainan yang menjadi dasar penyebabnya harus di cari, di
diagnosis kemudian di terapi dengan sesuai (www.kompas.co.id).
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram bervariasi, pada beberapa wanita, hal
itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman dan letih, sedangkan beberapa yang
lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas sehari- hari.
Namun waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam
jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala
endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non-
kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai
dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore
sekunder saat ada kelainan jeladss yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10% nya
mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat tidur
(Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore
sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang
tahun- tahun reproduktif.
Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%,
dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal
ini diperkuat oleh penelitian sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore
pada remaja putri di purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari
sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari.
Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja
dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam
sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006)
tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat
sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut
menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik
32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan
istirahat sekitar 92%.
Dismenore
banyak di alami oleh para wanita. Di Amerika Serikat di perkirakan hampir 90 %
wanita mengalami dismenore, dan 10-15 % di antaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan
apapun. Penelitian di Swedia menjumpai 30 % wanita menurun jumlah
penghasilannya dikarenakan nyeri saat haid (Jurnal Occupation And Invironment
Medicine, 2008).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % Dismenore primer
dan 9,36 % Dismenore sekunder (Info Sehat,2008). Tidak ada angka yang pasti mengenai
penderita nyeri haid di Indonesia, namun di Surabaya di dapatkan 1,07 % sampai
1,31 % dari jumlah penderita datang ke bagian kebidanan (Harunriyanto, 2002).
Angka
kejadian dismenorepada
remaja diperkirakan 1,12 % sampai 1,35 % dari jumlah penderita yang
memeriksakan diri ke petugas kesehatan (Profil kesehatan lampung 2007).
Di
Metro, untuk angka kejadian Dismenore belum terdata dengan sistematis. Akan
tetapi, untuk pelayanan terhadap kesehatan remaja cenderung berfluktuatif atau
naik turun, pada tahun 2007 sebesar 13,05% dan cakupan ini masih jauh dari
target yang ditetapkan. Jika dilihat distribusinya maka hanya empat kabupaten
yang memiliki data yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Way Kanan. Berbagai upaya perlu
dilakukan agar pencatatan dan pelaporan diperbaiki sehingga data pelayanan
kesehatan remaja dapat tercover (ProfilKesehatan Propinsi Lampung Tahun 2007).
Berdasarkan
hasil studi pendahuluan kepada 30 santri Al- Muhsin, sebanyak 50% (15 santri)
mengalami dismenore dan hanya 33% (5 santri) yang mengerti tentang nyeri haid dengan
pengetahuan yang minim serta menanganinya dengan mengompres di bagian perut
menggunakan air hangat. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas
penulis ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan remaja putri
tentang dismenore dengan penanganan dismenore pada santri Al- Muhsin Metro
Utara Tahun 2011”.
Dismenore
Pengertian
Dismenore
adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi
(Imew, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran (2005) dismenore berarti nyeri
sewaktu haid. Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari- hari wanita dan mendorong penderita untuk melekukan
pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau ke bidan (Manuaba, 1998).
Dismenore
berarti karam, nyeri, ketidaknyamanan lainnya yang di hubungkan dengan
menstruasi (Saturned, 2008). Sedangkan menurut Prawiroharjo (1999) dismenore
atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabakan
wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Patofisiologi
a.
Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus
Penyelidikan
yang menggunakan catatan tekanan intra uterus telah memperlihatkan
hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang lebih sering atau kontraksi-
kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau peningkatan tonus uterus yang
mendasarinya, atau sejumlah kombinasi dari ketiga pengamatan ini pada hampir
semua wanita yang mengeluh dismenore primer.
b. Kelainan
anatomi
Faktor-
faktor anatomi dapat juga menyokong dismenore. Stenosi servik pernah di
pikirkan sebagai penyebab umum dismenore (Ginekologi Greenhill:110).
c. Ketidakseimbangan
hormon
Mekanisme
terjadinya dismenore yaitu korpus luteum berumurhanya 8
hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun
pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang.
Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P)
= 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari :
1) Enzim lipogenase dan siklosigenase.
2) Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya :
a) Asam fosfolipase.
b) Asam fosfatase.
c) Mengeluarkan ion Ca.
3) Pembentukan prostaglandin dari asam
arakidonik (Manuaba:2001)
2.1.3 Macam-
Macam Dismenore
Berdasarkan
penyebabnya, dismenore di kelompokkan menjadi dua yaitu dismenore primer
(esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan kelainan
ginekologik dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang di peroleh, aquired) di
sebabkan oleh kelainan (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri,
stenosis serivisis uteri, dan lain- lain) (Prawiroharjo,1999).
Dismenore
Primer
Pengertian
Dismenore
primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di jumpai kelainan pada alat- alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada
bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah,
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri
dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan
sebagainya.
Beberapa
faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain :
a. Faktor
kejiwaan
Pada
gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
b. Faktor
konstitusi
Faktor
ini erat hubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun dan
sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor
obstruksi kanalis servikalis
Pada
wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis
kanalis servikalis, tetapi ini tidak di anggap sebagai faktor penting penyebab
dismenore.
d. Faktor
endokrin
Pada
umumnya da anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer di
sebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihanan. Faktor endokrin mempunyai
hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Novak
dan Reynoldss yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa
hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron
menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerengkan fakta
mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulator.
e. Faktor
alergi
Teori
ini di kemukakan setelah memperhatiakn adanya asosiasi antara dismenore dengan
urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi
ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun- tahun terakhir menunjukan bahwa
peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi
dismenore primer (Praw
Dismenore
Sekunder
Biasanya
baru muncul kemudian, yaitu jika ada keluhan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista, atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim
yang dapat mengganggu organ dan jaringan sekitarnya (www.compas.co.id). Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai
kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001).
Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore
sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista
ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada
haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang
lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan
gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
Dismenore
sekunder dapat di sebabkan oleh :
1. Rahim
yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah di keluarkan.
2. Benjolan
besar atau kecil didalam rahim.
3. Peradangan
selaput lendir rahim.
4. Pemakaian
spiral
5. Endometriosis
6. Fibroid
atau tumor
7. Infeksi
pelvis
(www.compas.co.id).
2.1.3. Gejala
Klinis
Gejala-
gejala klinis biasanya di mulai sehari sebelum haid, berlangsung selama hari
pertama dan hari ke dua haid dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri
biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri
terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya menngikuti arah rahim
dan dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri dapat di
sertai rasa mual, muntah, sakit kepala dan mudah tersinggung atau depresi (www.compas.co.id).
Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid
pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang
tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke
daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas.
Sedangkan tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah
endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti
pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang
berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga
puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain
(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
Perlu
waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka
waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis
(penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis
tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer
saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada
kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan
sosial-budaya.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1 1. Tahu
(know)
Tahu
diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2 2. Memahami
(comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
(application)
Aplikasi
diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4 4. Analisa
(Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5 5. Sintesis
(Syntesis)
Sintesis
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6 6. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2.2.3 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2002:25) beberapa faktor yang berhubungan dengan
karakteristik subjek antara lain:
a. Usia
Semakin
cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih mudah untuk berfikir
dan mudah menerima informasi.
b. Tingkat
Pendidikan
Pendidikan
seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi
akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang akan diberikan dan
lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Intelegensi
Pada
prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan keputusan
masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat
dan tepat dalam mengambil keputusan disbanding dengan masyarakat yang
intelegensinya rendah.
d. Sosial-ekonomi
Mempengaruhi
tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi tinggi dimungkinkan
lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya tetapi bagi
masyarakat yang social ekonominya rendah akan merasa takut untuk mengambil
sikap dan tindakan.
e. Sosial-budaya
Dapat
mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai social
keagamaan untuk memperkuat super egonya.
Cara Memperoleh
Pengetahuan
Dari berbagai macam
cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah)
dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai
orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara
tradisional antara lain :
(1) Coba-coba dan salah
Cara
ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban.
(2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara
ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang
mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan
sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.
(4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara
induksi dan deduksi.
b. Cara modern (ilmiah)
Cara
baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan
mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Cara Mengukur Pengetahun dan Hasil Pengukuran
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau responden.
Pendalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Menurut Sugiyono (2007)
hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan hasil
rata- rata keseluruhan dan di
implementasikan ke dalam2 kategori,
yaitu :
1. Kategori
pengetahuan baik, jika skor jawaban > mean.
2. Kategori
pengetahuan kurang baik,
jika skor jawaban <mean.
Penanganan
Pengertian
Penanganan
adalah proses, cara, perbuatan menangani (www.artikata.com).
Penanganan
Dismenore
1. Penerangan
dan nasehat
Perlu
di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi
mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu di bicarakan.
Nasihat- nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga yang
berguna. Kadang- kadang di perlukan psikoterapi.
2. Penberian
Obat Analgetik
Pemberian
obat analgetik yang di berikan sebagai terapi simptomatik. Obat analgetik yang
sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti
peradangan non – steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat).
Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai 1 – 2 hari menstruasi.
3. Terapi
Hormonal
Tujuan
terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan dengan
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4. Terapi
dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin
Memegang
peranan penting yang makin penting terhadap dismenore primer. Obat yang
menurunkan jumlah prostaglandin akan membantu mengurangi rasa nyeri. Hendaknya
pengobatan diberikan sbelum haid dimulai (1 sampai 3 hari sebelum haid) dan
pada hari pertama haid (Prawiroharjo, 1999).
5. Senam
rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin.
6. Memberikan
terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri dengan menggunakan air hangat
yang dimasukkan ke dalam botol (www. Medicastore.co.id).
7. Pemijatan didaerah punggung dan paha
8. Orgasme pada aktivitas seksual
Remaja
Pengertian Remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti
remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence ,
seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Hurlock, 2000)
Secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. (Hurlock, 2000).
Batasan Usia Remaja
Awal
masa remaja berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir
masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia
matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang
sangat singkat. (Hurlock, 2000)
Pada
masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung secara lambat
dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Menurut banyak
ahli jiwa, batas waktu adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 117-21 tahun.
(Kartono, Kartini, 1992 : 65)
Sedangkan
menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun jika pada usia remaja
seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi
remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung
pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja.
(http://smileboys.blogspot.com/2008/06/pengertian-remaja.html)
2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja
1. Perkembangan
fisik
Yang
dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya
adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.
Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan
kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
2. Perkembangan
Kognitif
Menurut
Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja
sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding
ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja
tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan
kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut
tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia &
Olds, 2001).
Pendapat
Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan
bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri,
merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko
yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa
remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa
mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan
mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom,
dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa
memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku
yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya
derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi
self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku
berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom,
dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
3. Perkembangan
kepribadian dan social
Yang
dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan
perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain
(Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak,
remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah,
ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds,
2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah
besar.
Pada
diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku
banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok
teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et
al, 1993; Papalia & Olds, 2001)
Sumber: