CINTA TAK TERSAMPAIKAN
Cinta adalah sebuah kata yang semua
orang pasti tau dan pernah mengucapkan, merasakan dan mengalami. Cinta bukan
hal baru, cinta sudah ada ketika manusia pertama dilahirkan. Cinta yang paling
bahagia ketika cinta tersampaikan dan berbalas cinta, serta kasih sayang yang
menyertai. Namun cinta yang menyakitkan ketika cinta tak berbalas yang sering
disebut “ Cinta bertepuk sebelah Tangan “, namun cinta tak berbalas lebih baik
daripada cinta yang tak tersampaikan dan terpendam. Mungkin orang-orang yang
naïf akan mengaku tidak pernah mengalaminya, namun secara tidak sadar mereka
mungkin pernah mengalaminya. Cinta tak sesuai harapan dan cinta tak berbalas
kadang kala cenderung menimbulkan tragedi, yakni tragedi tragis karena penyesalan yang dia sendiri tidak tahu
apa yang disesalkan.
Aku termenung memandangi
layar Laptop ku, berkali-kali aku
menulis beberapa ide tulisan namun selalu berakhir pada kegagalan, aku menekan backspace pada keyboard laptop ku. Begitu mudahnya aku menghapus
tulisan yang awalnya begitu menarik dan jari-jari ku bersemangat mengetiknya.
Ah..sangat mudah aku menghapusnya hanya dengan menekan Backspace. Ku pandangi layar laptop
dengan tampilan blank yang sama
sekali berbeda dengan kepala dan pikiran ku yang selalu Spenuh.
“Seandainya ingatan dan
pikiran ku ke dia bisa dihapus hanya dengan menekan Backspace mungkin aku tak selarut ini mengenangnya.”Aku berandai.
Aku kadang iri dengan teman
ku yang beda usia hanya satu tahun dari ku, sepertinya begitu mudah dia
mendapatkan orang yang dia taksir 180 derajat kebalikan dari aku.
“Akhirnya kamu jadian juga
dengan Bena ya.”Ujar ku pada Nana sepulang kuliah.
“Ya gitu deh, ntar lah aku
traktir kamu. Malam ne aku mau jalan dulu.”
Sahut Nana dengan senyum kebahagiaan.
Aku tersenyum bahagia menatap
kepergian Nana, punggungnya seakan mengekpresikan bagaimana perasaannya saat
ini.
“Brukkk”
Tas di pundak ku terjatuh
dari lengan ku, baru ku sadari bahwa seseorang tak sengaja menabrak ku.
Yah..adegan nya kurang lebih seperti di FTV yang sering aku lihat di TV, si
cowok tak sengaja nabrak cewek dan buku si cewek berantakan kemudian si cowok
bantu mungut terus ketika mata mereka bertatapan dengan emot slow timbulah benih cinta dan akhirnya mereka
jadian. Sejujurnya aku bosan dan kesal terkadang ketika nonton sinetron, drama,
ftv yang ceritanya sepertinya gampang sekali mencintai dan dicintai.
“Maaf Er, aku tadi buru-buru
mau ke rapat BEM hari ini.”Ujar si cowok penabrak membuyarkan lamunan ku.
“Emank rapatnya udah mulai
ya?”Tanya ku pada cowok di depan ku.
“Udah, barusan Aldi SMS. Kamu
kok juga masih di sini?”si cowok memandang ku heran.
“Hmm..nih aku juga mau ke
sana.” Ujar ku sekenanya lalu berjalan mendahului si cowok.
Ahmad Lufi itulah nama asli
cowok yang sering mengganggu pikiran dan hati ku, aku kenal dia ketika
pengenalan mahasiswa baru oleh Fakultas 2 tahun silam. Aku telak jatuh hati
padanya kala itu. Aku masih ingat ketika awal kuliah, perlakuan yang spesial
oleh senior pada mahasiswa baru begitu spektakuler. Aku begitu kesal ketika
menyandang status Mahasiswa Baru (Maba) yang masih polos, lugu, serba gak tau
de el el. Di saat itulah hadir sosok senior yang pertama kali menggeparkan hati
ku. Bang Lufi paggilan akrab ku pada
senior itu.
Di ruang rapat aku memandang
satu demi satu para politisi dan aktivis berbicara dengan serius, namun tidak
satupun pidato mereka masuk ketelinga ku. Aku lihat bang Lufi duduk bersila
dengan mata antusias fokus dengan topik rapat. Aku tak berhenti melihatnya,
sesekali aku lihat dia memandangi BB dan
terkadang kulihat dia tersenyum mengetik di keypad
BB nya yang secara spontan membuat
aku cemburu tanpa alasan.
Cinta tak tersampaikan dan
cinta terpendam kemudian berakhir tragis pada kekecewaan mendalam. Aku sadar
apa yang ku rasakan saat ini, aku telak bertahun-tahun jatuh hati pada bang
Lufi dan sampai detik ini tidak seorangpun yang tahu akan perasaan ku ini. Aku
takut mengungkapkan, aku terlalu takut kecewa, aku terlalu takut jika bang Lufi
tahu nantinya dia menghindari ku. Aku terlalu takut kehilangannya meskipun aku
harus sesakit ini menanggung cinta yang tak pernah tersampaikan ini.
“Er, Rima nolak aku pas aku
nembak dia kemaren.”Aldi curhat sambil berbisik ketika dosen filsafat menjelaskan
teori.
“Oya, terus kamu
gimana?”Komentar ku berusaha tak membuat sohib ku tidak tertekan.
“Gimana apanya?mau gimana
lagi?Ya mungkin saat ini aku gak jodoh sama dia.”Sahut Aldi enteng.
Aku lihat kilatan mata Aldi
yang penuh kekecewaan. Aku tahu Aldi sudah lama menyukai Elsa mahasiswi Biologi
yang juga teman ku di BEM. Aku kembali merenung dan ingin sekali mengacungkan
jempol pada sohib itu akan keberaniannya. Terkadang aku berfikir seperti wanita
zaman batu bahwa cewek itu hanya boleh menyukai dan cowok lah yang
mengungkapkan.
“AKU
UDAH LAMA NAKSIR KAMU. MAU GAK JADI PACAR AKU?. KAMU KAN JOMLO?”
Sebuah tulisan dengan tinta
biru di secarik kertas binder yang
entah darimana datangnya jatuh tepat di meja ku.
“Bacakan di depan.”Perintah
pak Win sang dosen filsafat pada ku yang tanpa ku sadari sudah berdiri di
samping ku.
Kaki ku lemas seakan tak
mampu menumpu berat badan ku yang hanya 43,5 kg ini, aku malu, kesal, marah dan
bingung mengapa saat ini aku dipermalukan dosen filsafat hanya karena secarik
kertas yang jatuh di meja ku.
“Pak, aku gak tau ini punya
siapa.”Aku membela diri sebisa ku.
“Kamu duduk di sana sejak
kapan?”Tanya pak Win membingungkan ku.
“Dari awal bapak masuk,
pak.”Jawab ku berusaha tenang.
Ketika seluruh mata tertuju pada ku. Saat itu aku
merasa seakan aku berdiri di atas panggung, di sekeliling ku personil Super Junior meandangi ku dengan aneh
karena aku di panggung tanpa memakai sendal dan wajah amburadul. Kalaupun Suju memandangi ku pada kondisi saat itu
pasti aku masih pede untuk ngajak foto selfi, tapi saat ini kondisinya berbeda
karena saat ini yang membuat aku sangat malu bukan teman-teman ku tapi bang
Lufi secara bersamaan berada di ruang kuliah karena butuh tanda tangan pak Win.
Ku lihat bang Lufi juga memandangi ku dengan penuh tanda tanya. Aku tak ingin
membuat kumat darah tinggi pak Win, aku bergegas ke depan ruang kuliah. Aku
berdiri membelakangi layar infokus sehingga
display di papan tulis haya gelap
oleh punggung ku. Tangan ku bergetar memegangi secarik kertas bencana bagi ku saat itu.
“Ayo baca.”Perintah pak Win.
Sempat ku lirik bang Lufi yang berdiri tak jauh dari meja pak Win. Mulut ku
seakan kelu untuk membaca tulisan di kertas itu.
“AKU UDAH LAMA
NAKSIR KAMU. MAU GAK JADI PACAR AKU?. KAMU KAN JOMLO?”
Seisi ruang kelas heboh
dengan ledakan tawa teman-teman ku, dada ku sesak, jantung ku seakan berhenti
berdetak. Aku seakan tak mampu melepaskan karbondioksida dan menghirup oksigen
saat ini. Aku bukan marah pada teman ku yang tertawa, saat kondisi sekarat itu
sempat saja mata ku melirik bang Lufi yang entah aku salah lihat atau tidak dia
sama sekali tidak tertawa. Ku lihat hanya bingung, sepenglihatan ku seakan
kalimat yang ku baca itu tertuju padanya dan menusuk tepat di jantungnya dan
dia tak bernayawa lagi. Tapi mungkin itu hanya penglihatan ku, mungkin bang
Lufi punya alasan lain untuk tidak tertawa, yang jelas ku lihat dia hanya
terpaku dan tak sengaja curi pandang terhadap ku. Lirikan itu malah semakin
menusuk ke relung hati ku, memutuskan urat sarap rasa malu di otak ku. Entah
kenapa aku saat itu merasa orang paling begu di ruangan itu, menjadi tertawaan
teman-teman ku. Cah lontong senang kalo dia ngelawak penonton tertawa karena
tujuannya menmang membuat penonton tertawa, namun berbeda dari kasus ku. Aku
memang berharap bang Lufi tidak boleh ikut tertawa namun ketika dia benar-benar
tidak tertawa justru membuat aku sekarat.
“Kamu boleh duduk.”Perintah
pak Win seakan setelah membunuh ku kini menyelamatkan ku, yang mungkin tak
ingin membiarkan aku menjadi bangkai mati rasa di depan kelas.
Teman-teman ku semua
memandangku dan bertanya-tanya siapa yang melempar tulisan itu yang tentu saja
aku jawab tidak tahu.
Hingga saat ini peristiwa
hari itu ku ingat dengan istilah Kertas bencana filsafat, sampai detik
ini pun aku belum tahu darimana asal kertas itu. Mungkin semua teman ku sudah
melupakan lelucon dari pak Win yang sama sekali tidak lucu bagi ku. Sumpah
kejadian itu membuat aku semakin malu pada diri ku yang tanpa permisi telah
menyukai bang Lufi. Aku jug tidak tahu mengapa sedikitpun bang Lufi gak pernah
menanyakan soal kertas itu. Mungkin kah dia menganggap kertas itu lelucon sang
dosen filsafat untuk mencairkan suasana kelas karena mata mata kuliah filsafat
bisa dikatakan membingungkan dan membuat mahasiswa malas berfikir dan akhirnya
mengantuk, namun bagi ku kertas itu adalah pembunuh perasaan ku yang telah
menghancurkan wibawa dan memutus urat malu ku pada bang lufi.
Waktu terus berlalu hingga
bang lufi wisuda, aku pun juga jarang bertemu dengan nya. Dia juga sudah jarang
menelfon, sms atau bbm aku yang biasanya menanyakan tentang proker, jadwal
rapat de el el pada ku. Hal itu membuat ku sakit, bukan aku sakit jiwa namun lebih
dari itu. Sakitnya tu di sini ( di
hati ). Aku juga telah berani melawan rasa suka ku pada bang Lufi karena tak
datang pas wisudanya dengan alasan aku sedang sakit. Sejujurnya aku sudah
membeli boneka wisuda yang telah ku pesan secara online yang rencanya aku berikan padanya saat dia wisuda. Niat itu
keburu ku urungkan, aku takut dan sangat takut jika melihatnya berfoto dengan
pendamping wisudanya. Pikiran ku benar-benar selalu mengkaji buruk. Aku tak mau
cinta tak tersampaikan ini berakhir lebih buruk lagi.
Orang yang cintanya tak
tersampaikan akan selalu gugup ketika mendengar nama orang yang disuka nya
disebut. Begitulah terjadi pada ku, ketika tak sengaja teman ku menyebut nama bang
Lufi, hati ku bergetar, kemudian berubah jadi sesak. Aldi yang saat ini sudah
punya pacar lagi telah melupakan kisah cintanya yang ditolak. Rima yang putus
dengan Tohar mahasiswa hukum terlihat enjoy tertawa, sedangkan aku yang
bernasib mungkin tak semalang mereka namun bagi ku paling merana tak kunjung
bisa merelakan nama bang Lufi jauh dari hati ini. Entah sampai kapan aku pendam
perasaan ini. Aku sudah ratusan kali sesak nafas seakan tak mampu menghirup
udara ketika bang lufi memasang Dp foto cewek di bbm nya dan terkadang membuat pm
romantis dan terkadang sedih yang entah ditujukan buat siapa.
“Dek,
sombong ya sekarang sama abang
Gimana kul nya dek?”
Aku mempelototi tulisan yang
tertera di layar bb ku. Itu bbm dari
bang Lufi.
Berulang kali aku membaca
tulisan tersebut, dan berulang kali membuat aku merasakan sesak di rongga dada
ini. Ingin sekali aku menulis kalimat “ aku sombong karena aku menyukai mu.”.
Aku belum juga read tulisan itu. Beragam
macam pikiran mengawang di otak ku, namun jari ku seakan tak sanggup mengetik
sebuah huruf pun.
“PING” terdengar lagi bb ku berbunyi, bola mata ku seakan
semakin keluar ketika tahu ping itu berasal dari bang Lufi.
“Dek, kok diam?Lagi sibuk y?”.
Kembali ku terima bbm dari bang Lufi. Aku masih belum me-read pesan itu, harusnya aku senang bang
Lufi bbm aku, harusnya aku bahagia. Tapi kali ini yang kurasakan rongga di
dadaku semakin sempit. Apakah aku marah, aku kesal,aku tak tahu. Yang jelas
kehadiran bang Lufi menambah beban pikiran ku makin sakit dan rongga dada ku
semakin menyempit.
“Apa kabar bang?lagi dimana? Kayaknya
udah dpt kerja ne?”
Itulah kalimat yang akhirnya
bisa ku kirim ke bang Lufi yang terus berlanjut dengan ceritanya. Bang Lufi
bercerita bahwa saat ini dia sedang menunggu hasil wawancara dari kantor tempat
dia memasukan lamaran kerja yang katanya sudah interview. Aku seharusnya
bahagia dengan cerita bang Lufi, tapi entah kenapa hati ku berbalik. Semakin
banyak aku tahu tentangnya, semakin sempit rongga dada ku, apakah ini ungkapan
jiwa ku yang sudah tak kuat membendung perasaan suka ku padanya. Entah lah.
Beberapa kali bang Lufi mengajak ku jalan dan ngobrol panjang dengan ku. Namun
tak sedikitpun menyinggung tentang cinta. Aku pun begitu, aku terlalu pengecut,
aku terlalu meninggikan harga diri bahwa cewek gak boleh bilang suka lebih
dulu. Aku mempertahankan harga diriku, dan harga diri ku malah membunuh
perasaan dan menyakiti hati ku. Yah..apakah takdir ku hanya menyukai?apakah
sedikitpun tak ada sinyal-sinyal suka darinya untuk ku?apakah dia sudah punya
pacar?Aku tak tahu, yang aku tahu sampai detik ini ketika aku mengingat nama bang
lufi hati ini masih tidak karuan sama seperti dulu. Hati ku masih sangat
menyukainya. Namun mulutku masih bungkam, harga diri ku masih bertahan kuat
mungkin sampai titik darah penghabisan yang akhirnya harus merelakan cinta ini
tak tersampaikan dan merelakan rongga di dada ini terus sesak oleh perasaan
suka padanya.
Akhirnya, orang yang jatuh
cinta diam-diam harus bisa melanjutkan hidupnya denan keheningan. Pada akhirnya
orang yang jatuh cinta diam-diam, ketika cintanya tak tersampaikan, cintanya terus
terpendam yang hanya dirinya yang tahu. Mereka hanya bisa merelakan orang yang
dia suka bahagia dan mendoakan setelah lelah berharap, pengharapan yang dulu
sangat kecil sekali menjadi sangat besar namun semakin menjauh. Akhirnya ketika
cinta tak tersampaikan, orang itu hanya bisa menerima dan harus paham bahwa
pada kenyataannya apa yang diharapkan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Yang
akhirnya orang yang cinta tak tersampaikan hanya menyesali dirinya namun tak
tahu apa yang disesalkan, kemudian hanya bisa merelakan dan menerima kenyataan
cintanya tak tersampaikan, dia terus merasakan sesak, dia sendirian dan tetap
jatuh cinta sendirian.
Cinta
tak tersampaikan jauh lebih menyakitkan dibandingkan cinta ditolak maupun cinta
yang dikhianati. Karena ketika cinta ditolak maka masih wajar sakit hati, dan
ketika cinta dihkianati sangat normal dan sah saja merasa kecewa, merana dan
marah. Namun ketika cinta tak tersampaikan maka orang yang yang jatuh itu
merasakan keduanya,dia merasa cintanya ditolak walaupun dia tahu kalau dirinya
tak pernah mengungkapkan dan akhirnya merana sendirian karena terkadang merasa
dihianati ketika orang yang disukanya bersama orang lain, ketika dia marah,
sakit hati, dia tau itu hal yang tak wajar karena hanya dia yang tahu perasaannya
dan tak berhak marah pada orang yang disukainya.Dia bukan korban orang lain
melainkan korban dari perasaannya sendiri.
By Salasiah
CINTA MEMANG MENYAKITKAN NAMUN CINTA MEMBUATMU HIDUP
BalasHapus