Mandi Badudus.
Mandi Badudus merupakan ritual adat masyarakat suku
banjar untuk mensucikan diri calon pengantin. Ritual mandi badudus dilakukan
pada waktu pagi hari menjelang acara persandingan siang, pengantin wanita
melangsungkan acara mandi – mandi pengantin dengan air yang ditaburi macam –
macam bunga dan air jeruk yang dilengkapi dengan mayang pinang dan air kelapa
gading. Prosesi badudus dilakukan setelah bapingit dua atau tiga hari sebelum
upacara perkawinan. Upacara tersebut dilaksanakan boleh serentak oleh kedua
mempelai atau di rumah mereka masing- masing. Jumlah bunga – bunga yang
diperlukan lebih banyak dan lebih berkesan sebagai salah satu upacara. Acara
mandi badudus dilakukan oleh lima atau tujuh orang orang wanita tua yang telah
berpengalaman, yang umumnya dipimpin oleh seorang bidan kampung atau wanita tua
lainnya dari keluarga dekat.
Rangkaian prosesi ini diwarnai dengan beragam detail
perlengkapan dan dekorasi berwarna kuning, seperti : Pada “lalangitan” berupa
kain kuning yang dibentangkan pada bagian atas lokasi berlangsungnya prosesi.
Warna kuning menurut kepercayaan masyarakat suku banjar selain sebagai simbol
kebesaran dan keluhuran juga dipercaya dapat menjadi “alat” untuk pagar dari
roh jahat. Dengan demikian mempelai juga memakai kain sarung yang juga berwarna
kuning.
Kemudian dibentang selembar permadani atau tikar yang
mana di atasnya ditaruh empat puluh satu kue tradisional khas banjar, antara
lain : bubur habang, bubur putih, apam habang, apam putih, cucur, wajik,
gegeplak, kukuleh (mirip bubur sum-sum), kue cincin, laketan (jadah), gayam,
wadai gincil dan lain-lain. Sedangkan untuk air mandi terdiri dari air yasin,
air kembang dan air kelapa gading muda. Kue-kue dan air kelapa tersebut sebelum
dihadapi oleh pengantin terlebih dahulu disembahyangkan oleh tetuha secara khusuk.
Selanjutnya pengantin dengan diiringi para tamu
dihantar ke tempat “Balairung Padudusan” ( rumah-rumahan segi empat berukuran
2x2 m ) yang dihiasi dengan pagar
mayang, hiasan janur di setiap empat sudutnya. Sebelum memasuki Balairung
Padudusan, pengantin terlebih dahulu harus mengelilingi Balairung tersebut
dengan diiringi para tetuha yang akan menaburi beras kuning ke arah mempelai.
Setelah itu barulah mempelai memasuki balairung padudusan, dan disuruh duduk
yang kemudian dimulai ritual mandi-mandi. Diawali oleh yang tertua satu demi
demi satu air diguyur ke tubuh mempelai yang kemudian diakhiri dengan guyuran
air kelapa perlahan dimulai dari kepala. Apabila air kelapa tersebut meluncur
melewati mulut, maka pengantin harus bisa menelannya. Menurut kepercayaan
orang-orang tua masyarakat suku banjar, kelak kehidupan mempelai semanis
seperti air kelapa muda tersebut.
Setelah selesai mandi, kemudian mempelai segera
mengganti basahan dengan sarung kering.Selanjutnnya mempelai kembali ke tikar
yang dipenuhi kueh-mueh. Salah seorang tetuha secara simbolis menyisir rambut,
memberi bedak, dan diakhiri dengan memegang cermin disertai lilin yang menyala
untuk diputar beberapa kali disekeliling pengantin. Harapannya supaya
perjalanan kehidupan pengantin kelak seterang cahaya lilin.
Sebagai ritual
penutup, nenek mempelai ( boleh diwakilkan tetuha lain dari keluarga dekat )
secara simbolis akan memotong rambut mempelai. Pengantin wanita disuruh
“manjajak hantalu” ( menginjak telur ayam ) sampai pecah dengan ujung tumit.
Ketika itu juga pengantin wanita tersebut dicukur yaitu dengan istilah
‘Balarap’, membuat cecantung pada kiri kanan wajahnya. Kemudian pengantin
mencicipi “wadai-wadai” (kue-kue) bersama para tamu yang hadir pada saat itu.
Ritual adat mandi badudus juga disertai oleh perlengkapan
yang sarat akan makna-makna, seperti tebu kuning yang melambangkan agar
kehidupan rumah tangga selalu manis dan teguh, daun beringin sebagai lambang
pengayoman, daun kambat sebagai penolak bala, daun linjuang sebagai penolak
setan atau hantu, ketupat berbentuk burung agar pengantin bisa terbang tinggi
mencapai harapan rumah tangga. Pagar mayang melambangkan sebagai pembawa
keberuntungan dan penangkal segala yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar